Dalam realita, umat Islam berbeda amalan tentang redaksi bacaan shalawat di dalam shalat. Ada yang menggunakan redaksi sayyidina ketika menyebut nama Muhammad dan Ibrahim, Ada yang tidak menggunakan sayyidina.
PEMBAHASAN
1. YANG MENGGUNAKAN REDAKSI SAYYIDINA KETIKA MENYEBUT NAMA MUHAMMAD DAN IBRAHIM DALAM SHALAT.
Alasannya :
Sebagai bentuk penghormatan kepada manusia pilihan di sisi Allah, Betapa tidak, Nabi Muhammad saw dan Nabi Ibrahim a.s adalah utusan Allah, yang kedudukannya sangat agung di sisi Allah swt , melebihi manusia lainnya.
Maka tidak layak menyebut nama mereka dengan sebutan yang sama dengan manusia lainnya. Menyebut nama Nabi Muhammad saw dan Nabi Ibrahim a.s tanpa sayyidina terasa kurang sopan dan kurang menghargai kedudukan kedua orang Nabi besar tersebut.
Allah swt sering memanggil Nabi saw dengan julukan yang terhormat , misalnya wahai Rasul , wahai Nabi dsb.
يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ لا يَحْزُنْكَ الَّذِينَ يُسَارِعُونَ فِي الْكُفْرِ مِنَ الَّذِينَ قَالُوا آمَنَّا بِأَفْوَاهِهِمْ وَلَمْ تُؤْمِنْ قُلُوبُهُمْ
WAHAI RASUL, janganlah hendaknya kamu disedihkan oleh orang-orang yang bersegera (memperlihatkan) kekafirannya, yaitu di antara orang-orang yang mengatakan dengan mulut mereka: "Kami telah beriman", padahal hati mereka belum beriman
Al Qur’an surah Al Maidah ayat 41
يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنزلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ
WAHAI RASUL, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu.
Al Qur’an surah Al Maidah ayat 67
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ لِمَ تُحَرِّمُ مَا أَحَلَّ اللَّهُ لَكَ تَبْتَغِي مَرْضَاةَ أَزْوَاجِكَ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
WAHAI NABI, mengapa kamu mengharamkan apa yang telah Allah halalkan bagimu. Karena kamu mencari ridha (kesenangan) hati istri-istrimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Al Qur’an surah At Tahrim ayat 1
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ حَسْبُكَ اللَّهُ وَمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ حَرِّضِ الْمُؤْمِنِينَ عَلَى الْقِتَالِ إِنْ يَكُنْ مِنْكُمْ عِشْرُونَ صَابِرُونَ يَغْلِبُوا مِائَتَيْنِ وَإِنْ يَكُنْ مِنْكُمْ مِئَةٌ يَغْلِبُوا أَلْفًا مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَا يَفْقَهُونَ
WAHAI NABI, cukuplah Allah (menjadi Pelindung) bagimu dan bagi orang-orang mukmin yang mengikutimu.
WAHAI NABI, kobarkanlah semangat para mukmin itu untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar di antara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang (yang sabar) di antaramu, mereka dapat mengalahkan seribu daripada orang-orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti.
Al Qur’an surah Al Anfal ayat 64-65
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِمَنْ فِي أَيْدِيكُمْ مِنَ الأسْرَى إِنْ يَعْلَمِ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمْ خَيْرًا يُؤْتِكُمْ خَيْرًا مِمَّا أُخِذَ مِنْكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
WAHAI NABI, katakanlah kepada tawanan-tawanan yang ada di tanganmu: "Jika Allah mengetahui ada kebaikan dalam hatimu, niscaya Dia akan memberikan kepadamu yang lebih baik dari apa yang telah diambil daripadamu dan Dia akan mengampuni kamu". Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang
Al Qur’an surah Al Anfal ayat 70
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ جَاهِدِ الْكُفَّارَ وَالْمُنَافِقِينَ وَاغْلُظْ عَلَيْهِمْ
WAHAI NABI, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah neraka Jahanam. Dan itulah tempat kembali yang seburuk-buruknya.
Al Qur’an surah At Taubah ayat 73
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لأزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلابِيبِهِنَّ
WAHAI NABI katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang.
Al Qur’an surah Al Ahzab ayat 59
PENJELASAN :
Berdasarkan kepada banyaknya ayat Al Qur’an tentang panggilan dari Allah kepada Rasulullah saw tidak dengan menggunakan namanya secara langsung , maka kelompok ini berpendapat bahwa : tidak selayaknya qaum Muslimin memanggil Nabinya dengan meyebut namanya secara langsung : MUHAMMAD.
Hendaknya dia memanggilnya dengan sebutan SAYYIDINA (TUANKU)
2. YANG TIDAK MEMAKAI SAYYIDINA KETIKA MENYEBUT NAMA MUHAMMAD DAN IBRAHIM DALAM SHALAT.
Artinya : ketika membaca shalawat di dalam shalat , hendaknya membacanya dengan redaksi tanpa sayyidina . Yaitu langsung menyebut Rasulullah saw dengan namanya : MUHAMMAD
Alasannya :
Cara seperti ini adalah perintah langsung dari Rasulullah saw.
SEHINGGA ORANG YANG MENGUCAPKAN SHALAWAT DI DALAM SHALAT TANPA REDAKSI SAYYIDINA , ADALAH QAUM MUSLIMIN YANG TAAT KEPADA RASULULLAH SAW.
Kelompok ini mengesampingkan aqalnya karena taat dan tunduk kepada perintah Rasulullah saw.
Mengucapkan shalawat di dalam shalat tanpa sayyidina , bukanlah kelompok yang tidak menghormati Rasulullah saw . Bahkan inilah kelompok yang menghormati Rasulullah saw , karena sangat taat dan tunduk dengan apa yang diperintahkan oleh Rasulullah saw.
Didapati banyak hadits yang bersumber dari banyak shahabat dengan berbagai sanad yang keseluruhannya derajatnya adalah shahih , bahwa Rasulullah saw mengajarkan kepada ummatnya agar menyebut namanya secara langsung (MUHAMMAD) , ketika membaca shalawat di dalam shalatnya.
(1) Bersumber dari Basyiir bin Sa’ad r.a
عَنْ أَبِى مَسْعُودٍ الأَنْصَارِىِّ قَالَ أَتَانَا رَسُولُ اللَّهِ
–صلى الله عليه وسلم- وَنَحْنُ فِى مَجْلِسِ سَعْدِ بْنِ عُبَادَةَ فَقَالَ لَهُ بَشِيرُ بْنُ سَعْدٍ أَمَرَنَا اللَّهُ تَعَالَى أَنْ نُصَلِّىَ عَلَيْكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَكَيْفَ نُصَلِّى عَلَيْكَ قَالَ فَسَكَتَ رَسُولُ اللَّهِ –صلى الله عليه وسلم- حَتَّى تَمَنَّيْنَا أَنَّهُ لَمْ يَسْأَلْهُ ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ –صلى الله عليه وسلم- قُولُوا :
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ فِى الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ. وَالسَّلاَمُ كَمَا قَدْ عَلِمْتُمْ
Bersumber dari Abu Mas’ud al-Anshari r.a, dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendatangi kami sedangkan kami berada dalam majlis Sa’d bin Ubadah, maka
Basyir bin Sa’ad r.a berkata kepadanya : ( Ya Rasulullah ) Allah memerintahkan kami untuk mengucapkan shalawat atasmu , lalu bagaimana cara bershalawat atasmu? ‘
Perawi berkata, “Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam diam hingga kami berangan-angan alangkah baiknya jika dia tadi tidak menanyakannya kepada beliau saw. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “ Ucapkanlah :
ALLAHUMMA SHALLI ‘ALAA MUHAMMAD WA’ALAA AALI MUHAMMAD,
KAMAA SHALLAITA ‘ALAA AALI IBRAHIIM
WABAARIK ‘ALAA MUHAMMAD WA’ALAA AALI MUHAMMAD
KAMAA BAARAKTA ‘ALAA AALI IBRAHIIM
FIL’AALAMIINA INNAKA HAMIIDUM MAJIID
( Ya Allah , limpahkanlah kesejahteraan kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau limpahkan kesejahteraan kepada keluarga Ibrahim.
Dan limpahkanlah keberkahan kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau limpahkan keberkahan kepada keluarga Ibrahim
Di alam semesta , sesungguhnya Engkau adalah Dzat Yang Maha Terpuji lagi Maha Mulia )
Kemudian ucapkan salam sebagaimana yang telah kamu ketahui.”
Hadits shahih riwayat Muslim Kitabush Shalah bab(17) membaca shalawat Nabi saw setelah tasyahhud no 405.
(2). Bersumber dari Ka’ab bin ‘Ujrah r.a
عن كَعْب بْن عُجْرَةَ فَقَالَ أَلاَ أُهْدِى لَكَ هَدِيَّةً سَمِعْتُهَا مِنَ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – فَقُلْتُ بَلَى ، فَأَهْدِهَا لِى . فَقَالَ سَأَلْنَا رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ الصَّلاَةُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الْبَيْتِ فَإِنَّ اللَّهَ قَدْ عَلَّمَنَا كَيْفَ نُسَلِّمُ . قَالَ « قُولُوا
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ ، اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
Bersumber dari Ka’ab bin ‘Ujrah r.a dia berkata :
Maukah engkau jika aku berikan kepadamu sesuatu pemberian ( hadits ) yang mana aku mendengarnya dari Nabi saw ?
Aku menjawab : Iya aku mau. Berikanlah kepadaku hadits tersebut.
Ka’ab bin ‘Ujrah berkata : Kami pernah bertanya kepada Rasulullah saw :
Ya Rasulullah , bagaimanakah caranya kami bershalawat kepada engkau ahlul bait
Karena sesungguhnya Allah telah mengajarkan kepada kami bagaimana kami mengucapkan salam (kepada engkau)
Beliau saw bersabda : Ucapkanlah oleh kalian :
ALLAHUMMA SHALLI ‘ALAA MUHAMMADIN WA ‘ALAA AALI MUHAMMAD.
KAMAA SHALLAITA ‘ALAA IBRAAHIIMA WA ‘ALAA AALI IBRAAHIIM
INNAKA HAMIIDUN MAJIID
ALLAHUMMA BAARIK ‘ALAA MUHAMMAD WA’ALAA AALI MUHAMMAD.
KAMAA BAARAKTA ‘ALAA IBRAAHIIMA WA ‘ALAA AALI IBRAAHIIM.
INNAKA HAMIIDUN MAJIID
( Ya Allah , limpahkanlah kesejahteraan kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau limpahkan kesejahteraan kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim.
Ya Allah, limpahkanlah keberkahan kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau limpahkan keberkahan kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim
Sesungguhnya Engkau adalah Dzat Yang Maha Terpuji lagi Maha Mulia )
Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabu Ahaaditsil Anbiyaa’ bab 10 no 3370
Muslim Kitabush Shalah bab 17 no 406
3. Bersumber dari Abu Humaid As Saa’idiy r.a
عَنْ عَمْرِو بْنِ سُلَيْمٍ أَخْبَرَنِى أَبُو حُمَيْدٍ السَّاعِدِىُّ أَنَّهُمْ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ نُصَلِّى عَلَيْكَ قَالَ قُولُوا
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
Bersumber dari ‘Amru bin Sulaim dia berkata : telah mengkhabarkan kepadaku Abu Humaid r.a , sesungguhnya mereka (para shahabat berkata) : Wahai Rasulullah , bagaimanakah cara kami mengucapkan shalawat atas engkau ?
Beliau saw menjawab : Ucapkanlah :
ALLAHUMMA SHALLI ‘ALAA MUHAMMADIN WA ‘ALAA AZWAAJIHI WADZURRIYYATIHI KAMAA SHALLAITA ‘ALAA AALI IBRAAHIIM.
WA BAARIK ‘ALAA MUHAMMADIN WA ‘ALAA AZWAAJIHI WADZURRIYYATIHI KAMAA BAARAKTA ‘ALAA AALI IBRAAHIIM.
INNAKA HAMIIDUN MAJIID
( Ya Allah , limpahkanlah kesejahteraan kepada Muhammad dan kepada para istrinya serta keturunannya sebagaimana Engkau limpahkan kesejahteraan kepada keluarga Ibrahim.
Dan limpahkanlah keberkahan kepada Muhammad dan kepada para istrinya serta keturunannya , sebagaimana Engkau limpahkan keberkahan kepada keluarga Ibrahim
Sesungguhnya Engkau adalah Dzat Yang Maha Terpuji lagi Maha Mulia )
Hadits shahih riwayat Muslim Kitabush Shalah bab 17 no 407
(4). Bersumber dari Abu Sa’id Al Khudri r.a
عَنْ أَبِى سَعِيدٍ الْخُدْرِىِّ قَالَ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذَا السَّلاَمُ عَلَيْكَ ، فَكَيْفَ نُصَلِّى قَالَ « قُولُوا
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَآلِ إِبْرَاهِيمَ
Bersumber dari Abu Sa’id Al Khudri r.a dia berkata : Kami berkata : Wahai Rasulullah,
Ini adalah ucapan salam kepadamu. Bagaimanakah caranya kami mengucapkan shalawat kepada engkau ?
Beliau saw menjawab : Ucapkanlah oleh kalian :
ALLAHUMMA SHALLI ‘ALAA MUHAMMADIN ‘ABDIKA WA RASUULIKA.
KAMAA SHALLAITA ‘ALAA IBRAAHIIM.
WABAARIK ‘ALAA MUHAMMADIN WA ‘ALAA AALI MUHAMMAD.
KAMAA BAARAKTA ‘ALAA IBRAAHIMA WA AALI IBRAAHIIM
( Ya Allah , limpahkanlah kesejahteraan kepada Muhammad sebagaimana Engkau limpahkan kesejahteraan kepada Ibrahim.
Dan limpahkanlah keberkahan kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau limpahkan keberkahan kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim )
Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabud Da’awaat bab 32 no 6358
(5). Bersumber dari Abu Hurairah r.a
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قُلْنَا يَا رَسُوْلَ الله كَيْفَ نُصَلِّي عَلَيْكَ قَالَ قُوْلُوا
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَ آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
Bersumber dari Abu Hurairah r.a dia berkata : Kami bertanya : Wahai Rasulullah bagamanakah caranya kami bershalawat kepada engkau ?
Rasulullah saw bersabda : Ucapkanlah :
ALLAHUMMA SHALLI ‘ALAA MUHAMMAD WA’ALAA AALI MUHAMMAD,
WABAARIK ‘ALAA MUHAMMAD WA’ALAA AALI MUHAMMAD
KAMAA SHALLAITA ‘ALAA IBRAAHIMA WA AALI IBRAHIIM
INNAKA HAMIIDUM MAJIID
( Ya Allah , limpahkanlah kesejahteraan kepada Muhammad dan keluarga Muhammad Dan limpahkanlah keberkahan kepada Muhammad dan keluarga Muhammad Sebagaimana Engkau limpahkan kesejahteraan kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim
Sesungguhnya Engkau adalah Dzat Yang Maha Terpuji lagi Maha Mulia )
Hadits riwayat Nasai dalam As Sunanul Kubra Kitab ‘Amalul Yaum Wal Lailah bab 14 no 9875
Sanadnya dinilai shahih oleh Syaikh Al Albani (Shifat shalat Nabi jilid 3 halaman 927 )
6. Bersumber dari Abu Mas’ud ‘Uqbah bin Amru r.a
عَنْ أَبِى مَسْعُودٍ عُقْبَةَ بْنِ عَمْرٍو قَالَ أَقْبَلَ رَجُلٌ حَتَّى جَلَسَ بَيْنَ يَدَىْ رَسُولِ اللَّهِ –صلى الله عليه وسلم- وَنَحْنُ عِنْدَهُ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَمَّا السَّلاَمُ عَلَيْكَ فَقَدْ عَرَفْنَاهُ فَكَيْفَ نُصَلِّى عَلَيْكَ إِذَا نَحْنُ صَلَّيْنَا فِى صَلاَتِنَا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْكَ قَالَ فَصَمَتَ رَسُولُ اللَّهِ –صلى الله عليه وسلم- حَتَّى أَحْبَبْنَا أَنَّ الرَّجُلَ لَمْ يَسْأَلْهُ ثُمَّ قَالَ « إِذَا أَنْتُمْ صَلَّيْتُمْ عَلَىَّ فَقُولُوا
اللَّهُمَّ صَلِّى عَلَى مُحَمَّدٍ النَّبِىِّ الأُمِّىِّ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَآلِ إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ النَّبِىِّ الأُمِّىِّ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
تعليق شعيب الأرنؤوط : حديث صحيح
قال الأعظمي : إسناده حسن
Bersumber dari Abi Mas’ud ‘Uqbah bin ‘Amr r.a , dia berkata : Seorang laki laki datang, kemudian duduk didepan Rasulullah saw , dan ketika itu kami berada disana. Laki laki itu berkata : Ya Rasulullah saw, tentang mengucap salam kepada engkau, kami sudah mengetahuinya, akan tetapi bagaimana caranya kami mengucapkan shalawat kepada engkau didalam shalat kami ?
Maka Rasulullah saw diam, sehingga kami merasa , alangkah baiknya kalau laki laki itu tidak melontarkan pertanyaan kepada Rasulullah saw.
Kemudian Rasulullah saw bersabda : Jika kalian bershalawat atasku, ucapkanlah :
Allahumma shalli alaa Muhammadin Nabiyyil ummiyyi wa ‘alaa aali Muhammad. Kamaa shallaita ‘alaa Ibrahim wa aali Ibrahim,
Wa baarik ‘alaa Muhammadin Nabiyyil ummiyyi
Kamaa baarakta ‘alaa Ibrahim wa ‘alaa aali Ibrahim
Innaka Hamiidum Majiid
( Ya Allah , limpahkanlah kesejahteraan kepada Muhammad , Nabi yang Ummi dan keluarga Muhammad
Sebagaimana Engkau limpahkan kesejahteraan kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim.
Dan limpahkanlah keberkahan kepada Muhammad , Nabi yang Ummi
Sebagaimana Engkau limpahkan keberkahan kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim
Sesungguhnya Engkau adalah Dzat Yang Maha Terpuji lagi Maha Mulia )
Hadits shahih riwayat Ahmad 4/119 no 16624 ( ini adalah lafadznya )
Ibnu Khuzaimah Kitabush Shalah bab ash shalaati alan Nabi saw fit tasyahhudi no 711, Syaikh Al A’dhomi berkata: sanadnya hasan,
Ibnu Hibban Kitabush Shalah bab Shifat Shalah no 1959
PENJELASAN :
Dalam hadits ini dijelaskan bahwa ada orang yang tidak mengerti tentang tatacara membaca shalawat di dalam shalat , maka Rasulullah saw mengajarkannya kepadanya.
Maka bacaan ini menjadi ketetapan yang tidak boleh seorangpun dari qaum Muslimin yang mengingkarinya. Karena Rasulullah saw telah memerintahkan kepadanya agar membaca shalawat sebagaimana yang disebutkan di dalam hadits tersebut : yaitu tanpa sayyidina
BANTAHAN :
Kalimat shalawat yang diajarkan oleh Rasulullah saw kepada ummatnya untuk dibaca di dalam shalat , memang tidak ada tambahan sayyidina. Tetapi yang benar adalah menggunakan sayyidina. Bukan tanpa sayyidina.
Apa sebabnya ?
Pertimbangan aqal.
Tidak mungkin Rasulullah saw mengajarkan kepada ummatnya suatu kalimat yang berissi pengagungan kepada diri Rasulullah saw.
Tidak mungkin Rasulullah saw mengajarkan kepada ummatnya : sebutlah dalam do’a shalawat kalian namaku dengan menggunakan sayyidina (tuanku).
Rasulullah saw adalah Nabi yang rendah hati dan tidak sombong.
Maka diajarkanlah kalimat shalawat kepada kita tanpa sayyidina.
Justru kita yang harus mengerti keadaan ini , dan mesti menambahkan kalimat sayyidina.
JAWAB :
Rasulullah saw adalah utusan Allah.
Bacaan shalawat yang diajarkan oleh Rasulullah saw kepada ummatnya adalah wahyu dari Allah yang diwahyukan kepadanya.
Beliau saw adalah seorang Nabi yang benar perkataannya dan sangat menjalankan amanah. Nabi Muhammad saw tidak akan pernah berkhianat akan suatu kebenaran yang harus disampaikan kepada ummatnya.
Perkataan “ tetapi yang benar adalah menggunakan sayyidina , hanya saja rasulullah saw menyampaikannya tanpa sayyidina karena sikap tawadhu’nya “ : MAKA SEAKAN MENUDUH NABI SAW TIDAK AMANAH.
Seakan Nabi dalam menjalankan tugas pembimbingan kepada ummatnya dipengaruhi perasaannya. Sehingga apa yang diajarkan oleh Allah untuk disampaikan kepada ummatnya , tidak disampaikannya secara utuh sebagaimana yang diperintahkan Allah swt kepadanya.
Ini tidak mungkin terjadi. Allah swt telah menyampaikan berulangkali di dalam Al Qur’an bahwa Rasulullah saw adalah utusan Allah yang benar perkataannya dan jujur dalam penyampaiannya :
وَالنَّجْمِ إِذَا هَوَى (1) مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمْ وَمَا غَوَى (2) وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى(3) إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى (4)
Demi bintang ketika terbenam,
Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru,
Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya.
UCAPANNYA ITU TIADA LAIN HANYALAH WAHYU YANG DIWAHYUKAN (KEPADANYA),
Al Qur’an surah An Najm ayat 1-4
قُلْ لا أَقُولُ لَكُمْ عِنْدِي خَزَائِنُ اللَّهِ وَلا أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلا أَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ إِنْ أَتَّبِعُ إِلا مَا يُوحَى إِلَيَّ
Katakanlah: "Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang gaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. AKU TIDAK MENGIKUTI KECUALI APA YANG DIWAHYUKAN KEPADAKU
Al Qur’an surah Al An’am ayat 50
قُلْ إِنَّمَا أَتَّبِعُ مَا يُوحَى إِلَيَّ مِنْ رَبِّي
Dan apabila kamu tidak membawa suatu ayat Al Qur'an kepada mereka, mereka berkata: "Mengapa tidak kamu buat sendiri ayat itu?" Katakanlah: "SESUNGGUHNYA AKU HANYA MENGIKUT APA YANG DIWAHYUKAN DARI TUHANKU KEPADAKU. Al Qur'an ini adalah bukti-bukti yang nyata dari Tuhanmu, petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.
Al Qur’an surah Al A’raf ayat 203
قُلْ مَا كُنْتُ بِدْعًا مِنَ الرُّسُلِ وَمَا أَدْرِي مَا يُفْعَلُ بِي وَلَا بِكُمْ إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَى إِلَيَّ وَمَا أَنَا إِلَّا نَذِيرٌ مُبِينٌ
Katakanlah: "Aku bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-rasul dan aku tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak (pula) terhadapmu. AKU TIDAK LAIN HANYALAH MENGIKUTI APA YANG DIWAHYUKAN KEPADAKU dan aku tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan".
Al Qur’an surah Al Ahqaf ayat 9
TAMBAHAN :
Untuk menguatkan, kelompok ini mengutip beberapa hadits tentang cara Malaikat Jibril memanggil Nabi saw dengan langsung menyebut namanya (MUHAMMAD) :
(1) Hadits Abu Sa’id r.a
عَنْ أَبِى سَعِيدٍ أَنَّ جِبْرِيلَ أَتَى النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ يَا مُحَمَّدُ اشْتَكَيْتَ فَقَالَ « نَعَمْ ». قَالَ بِاسْمِ اللَّهِ أَرْقِيكَ مِنْ كُلِّ شَىْءٍ يُؤْذِيكَ مِنْ شَرِّ كُلِّ نَفْسٍ أَوْ عَيْنِ حَاسِدٍ اللَّهُ يَشْفِيكَ بِاسْمِ اللَّهِ أَرْقِيكَ
Bersumber dari Abu Sa’id r.a , bahwasanya Jibril mendatangi Nabi saw kemudian berkata : WAHAI MUHAMMAD apakah engkau menderita sakit ?
Rasulullah saw menjawab : iya.
Jibril mengucapkan :
BISMILLAH ARQIIKA
MIN KULLI SYAI-IN YU’DZIIKA
WAMIN SYARRI KULLI NAFSIN AU ‘AININ HAASIDIN
ALLAHU YASYFIIKA
BISMILLAHI ARQIIKA
Dengan menyebut nama Allah, aku meruqyahmu
Dari segala sesuatu yang menyakitimu
Dan dari kejahatan setiap jiwa atau mata orang yang dengki.
Mudah mudahan Allah menyembuhkanmu.
Dengan menyebut nama Allah aku meruqyahmu
Hadits shahih riwayat Muslim Kitabus Salam bab 16 no 2186
Ibnu Majah Kitabuth Thib bab 36 no 3523
Tirmidzi Kitabul Janaaiz bab 4 no 972
(2) Hadits Thalhah r.a
أَخْبَرَنَا إِسْحَقُ بْنُ مَنْصُورٍ الْكَوْسَجُ قَالَ أَنْبَأَنَا عَفَّانُ قَالَ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ قَالَ حَدَّثَنَا ثَابِتٌ قَالَ قَدِمَ عَلَيْنَا سُلَيْمَانُ مَوْلَى الْحَسَنِ ابْنِ عَلِيٍّ زَمَنَ الْحَجَّاجِ فَحَدَّثَنَا عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي طَلْحَةَ عَنْ أَبِيهِ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَاءَ ذَاتَ يَوْمٍ وَالْبُشْرَى فِي وَجْهِهِ فَقُلْنَا إِنَّا لَنَرَى الْبُشْرَى فِي وَجْهِكَ فَقَالَ إِنَّهُ أَتَانِي الْمَلَكُ فَقَالَ يَا مُحَمَّدُ إِنَّ رَبَّكَ يَقُولُ أَمَا يُرْضِيكَ أَنَّهُ لَا يُصَلِّي عَلَيْكَ أَحَدٌ إِلَّا صَلَّيْتُ عَلَيْهِ عَشْرًا وَلَا يُسَلِّمُ عَلَيْكَ أَحَدٌ إِلَّا سَلَّمْتُ عَلَيْهِ عَشْرًا
قال الشيخ الألباني : حسن
تعليق شعيب الأرنؤوط : حديث حسن لغيره وهذا إسناد ضعيف
Bersumber dari Abu Thalhah r.a , bahwasanya pada suatu hari Rasulullah saw datang dengan wajah yang berseri seri. Maka kami bertanya : Sesungguhnya kami melihat wajahmu berseri seri
Maka Rasulullah saw menjawab : Sesungguhnya Malaikat mendatangiku kemudian berkata : WAHAI MUHAMMAD ! Sesungguhnya Tuhanmu berfirman :
Tidakkah menjadikanmu engkau ridha (senang) jika ada seseorang mengucapkan shalawat kepadamu , melainkan Aku membalasnya dengan 10 shalawat
Dan tidak ada seorangpun yang mengucapkan salam kepadamu melainkan Aku membalasnya dengan 10 salam
Hadits hasan riwayat Nasai Kitabush Sahwi bab 47 no 1283
Ahmad 4/29
PENJELASAN :
Hadits ini dikutipkan hanya untuk tambahan saja. Seandainya tanpa hadits inipun , shalawat atas Nabi saw di dalam shalat harus diucapkan sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah saw , yaitu tidak pakai sayyidina. Karena Allah telah memerintahkan qaum Muslimin untuk mengikuti apapun yang diajarkan oleh Rasulullah saw.
Jika ilmu tentang hal ini telah sampai kepadanya tetapi dia mengingkarinya , maka dia sangat tercela. Qaum Muslimin yang dalam perkara ibadahnya lebih memilih cara lain dan meninggalkan ajaran Nabi saw sangat dicela dalam Islam.
Allah swt berfirman :
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَ لاً مُبِينًا
Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukminat, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.
Al Qur’an surah ayat Al Ahzab ayat 36.
IMAM IBNU KATSIR BERKATA :
Ayat ini mengandung makna yang umum, mencakup semua urusan.
Bahwa apabila Allah dan Rasul-Nya telah memutuskan suatu perkara maka tidak seorangpun diperkenankan menyelisihinya dan tidak boleh ada pilihan lain atau pendapat lain atau ucapan lain, selain dari yang telah ditetapkan itu.
LIHAT : Kitab Tafsir Ibnu Katsir jilid 3 halaman 457 pada surah Al Ahzab ayat 36
Nabi saw juga menerangkan tentang kewajiban orang beriman terhadap ajaran dari Nabinya saw:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ رضي الله عنهما قال : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم: لا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُونَ هَوَاهُ تَبَعًا لِمَا جِئْتُ بِهِ
Bersumber dari Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash r.a dia berkata : Rasulullah saw bersabda: Seseorang diantara kalian tidak beriman, sehingga hawa nafsunya tunduk mengikuti kepada apa yang aku bawa.
IMAM AL HAFIDH IBNU HAJAR AL ‘ASQALAANIY BERKATA : Hadits ini diriwayatkan oleh Al Hasan bin Sufyan dan lainnya dengan rawi rawi yang tsiqah dan dinilai shahih oleh imam Nawawi dalam bab yang akhir dari Kitab Al Arba’in.
Tetapi sanad hadits ini dinilai dha’if oleh Syaikh Al Albani.
Beliau berkata : Di dalam sanadnya ada rawi Nu’aim bin Hammaad. Sedangkan dia adalah rawi yang dha’if
LIHAT : Kitab Misykaatul Mashaabih jilid 1 halaman 59 Kitabul Iman bab 5 no 167
Wallahu A’lam.
SELANJUTNYA AL HAFIDH IBNU HAJAR BERKATA : Didapati adanya hadits yang diriwayatkan oleh imam Al Baihaqi dari jalan Asy Sya’biy dari ‘Amr bin Hariits dari Umar r.a dia berkata : Berhati hatilah kalian terhadap ash-haabur ra’yi (yaitu orang yang suka menyandarkan segala sesuatu kepada pendapat), karena mereka adalah musuh musuh sunnah. Mereka tidak mampu menghafal hadits. Maka mereka berkata berdasarkan pendapat. Sehingga mereka sesat dan menyesatkan.
IMAM AL HAFIDH IBNU HAJAR BERKATA : Dhahirnya kalimat ini dimaksudkan untuk mereka yang berkata berdasarkan pendapat padahal nash dari hadits tentang hal itu sudah ada.Hal itu disebabkan lalainya mereka dalam mencari hadits, sehingga mereka patut dicela.
Dan lebih dicela lagi apabila seseorang telah mengetahui nash dari hadits kemudian dia mengamalkan sesuatu yang justru menyelisihi hadits itu berdasarkan pendapat.
Lalu dia membebani dirinya untuk menolak nash (hadits) itu dengan berusaha melakukan takwil (tafsiran) atas hadits tersebut.
Kesimpulannya : Berpegang dengan pendapat hanya dilakukan ketika tidak ada nash (dalil).
Inilah yang diisyaratkan oleh imam Asy Syafi’i sebagaimana yang diriwayatkan oleh imam Al Baihaqi dengan sanad yang shahih sampai kepada imam Ahmad bin Hanbal , yang mana dia berkata :
AKU MENDENGAR (IMAM) ASY SYAFI’I BERKATA : Qiyas dilakukan hanya dalam keadaan darurat. Bersamaan dengan itu , orang yang beramal dengan berdasarkan pendapat, tidak boleh berkeyaqinan bahwa dia telah melakukan maksud sebenarnya dari hukum. Akan tetapi yang dilakukannya adalah mengerahkan kemampuannya dalam rangka berijtihad untuk mendapatkan pahala sekalipun dia keliru.
AL HAFIDH IBNU HAJAR BERKATA : Imam Al Baihaqi meriwayatkan dalam kitab Al Madkhal dan Ibnu Abdil Barr dalam kitab Bayaan Al ‘Ilmi yang bersumber dari sejumlah Tabi’in seperti AL HASAN , IBNU SIRIIN , SYURAIH, ASY SYA’BI DAN AN NAKHA’IY dengan sanad yang jayyid tentang celaan mereka kepada yang berkata berdasarkan pendapat.
LIHAT : Kitab Fat-hul Baari , syarah terhadap Kitab Shahih Al Bukhari jilid 16 halaman 358 , Kitabul I’tishami bil Kitabi was Sunnah bab 7 no 7308
DARI SAYA :
Hadits serta perkataan dari para imam di atas menjelaskan bahwa
1. Umat Islam harus beramal berdasarkan tuntunan Rasulullah saw.
2. Jika dalam suatu keadaan dia harus melakukan sesuatu, sedangkan dalil dari hadits tidak ada, maka dia dibenarkan berijtihad dengan tujuan untuk mendapatkan pahala dari Allah swt. Bukan berniat menetapkan hukum berdasarkan pendapatnya.
3. Umat Islam tidak dibenarkan menolak hadits, karena hadits tersebut tidak sesuai dengan kesukaannya. Orang seperti ini dicela di dalam Islam. Dan dia lebih dicela lagi apabila dia lebih memilih pendapat dibanding nash (dalil) yang sudah ada.
Selanjutnya didapati ancaman terhadap orang yang suka menyalahi ajaran dari Nabi saw :
فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang pedih.
Al Qur’an surah ayat An Nur ayat 63
YANG SAYA PILIH :
Shalawat di dalam shalat adalah tanpa sayyidina.
Cara shalawat TANPA SAYYIDINA seperti ini merupakan ajaran dari Nabi Muhammad saw , dan diamalkan oleh semua shahabatnya. Tidak didapati satupun hadits yang berasal dari Nabi saw yang menunjukkan bahwa shalawat di dalam shalat menggunakan redaksi SAYYIDINA.
Saya meninggalkan shalawat dalam shalat yang pakai sayyidina , karena cara seperti ini adalah pendapat daris ebagian umat Islam. Saya meninggalkan pendapat ini karena hadits Nabi saw yang mengajarkan shalawat tidak pakai sayyidina sudah ada , dan jumlah haditsnya banyak.
Dengan bahasa yang mudah :
* Shalawat dalam shalat yang tidak pakai sayyidina pasti benar , karena sumbernya merupakan perintah dari Nabi saw.
* Shalawat dalam shalat yang pakai sayyidina , bisa benar dan bisa salah , karena sumbernya adalah pendapat manusia (bukan Nabi saw).
Maka saya merasa lebih selamat memilih yang pasti benar.
Wallahu A’lam.
Oleh : Ustadz Mubarak Abdul Rahim
Oleh : Ustadz Mubarak Abdul Rahim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar