Kamis, 01 September 2016

AMALAN PUASA SUNNAH DI BULAN DZULHIJAH SERTA LARANGAN PUASA DI 2 HARI RAYA

HADITS TENTANG PUASA PADA BEBERAPA HARI PERTAMA DI BULAN DZULHIJJAH

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ حَدَّثَنِى أَبِى حَدَّثَنَا سُرَيْجٌ وَعَفَّانُ قَالاَ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ حَدَّثَنَا الْحُرُّ بْنُ الصَّيَّاحِ - قَالَ سُرَيْجٌ عَنِ الْحُرِّ - عَنْ هُنَيْدَةَ بْنِ خَالِدٍ عَنِ امْرَأَتِهِ عَنْ بَعْضِ أَزْوَاجِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَصُومُ تِسْعَ ذِى الْحِجَّةِ وَيَوْمَ عَاشُورَاءَ وَثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ. قَالَ عَفَّانُ أَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنَ الشَّهْرِ وَخَمِيسَيْنِ
قال الشيخ الألباني : صحيح
تعليق شعيب الأرنؤوط : ضعيف لاضطرابه

Bersumber dari Hunaidah bin Khalid dari istrinya , dari sebagian istri Nabi saw yang berkata :
Bahwasanya Rasulullah saw biasa berpuasa pada 9 hari (pertama) bulan Dzulhijjah dan pada hari Asyura’ dan 3 hari setiap bulan.
Affan (salah seorang rawi) berkata : pada hari senin pertama setiap bulan dan pada 2 hari Kamis.
Hadits riwayat Abu Dawud Kitabu bab no 2437
Ahmad 5/271 (ini adalah lafadznya)

Hadits ini  dinilai dha’if oleh imam Az Zaila’iy dalam Kitabnya Nashbur Rayah 2/157
Hadits ini dinilai mudh-tharib (guncang) oleh syaikh Al Arnauth , karena :

* Dalam satu riwayat disebutkan dari Hunaidah dari istrinya. 
* Dalam riwayat lainnya : dari Hunaidah dari ibunya dari Ummu Salamah r.a (istri Nabi saw).
* Dalam riwayat lainnya disebutkan dari Hafshah r.a binti Umar r.a (istri Nabi saw).
* Dalam riwayat lainnya disebutkan dari Ibnu Umar r.a 

LIHAT : Kitab Al Mausuu’ah Al Hadiitsiyah Musnad Al Imam Ahmad bin Hanbal jilid 37 halaman 24

PENJELASAN :

Kalimat تِسْعَ ذِى الْحِجَّةِ diartikan dengan 9 hari pertama di bulan Dzulhijjah. Dalam riwayat Nasai didapati redaksi yang mendukung kepada makna ini :

عَنْ هُنَيْدَةَ بْنِ خَالِدٍ عَنْ امْرَأَتِهِ قَالَتْ حَدَّثَتْنِي بَعْضُ نِسَاءِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَصُومُ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَتِسْعًا مِنْ ذِي الْحِجَّةِ 
وَثَلَاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ الشَّهْرِ أَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنْ الشَّهْرِ وَخَمِيسَيْنِ
قال الشيخ الألباني : صحيح

Bersumber dari Hunaidah bin Khalid dari istrinya dia berkata : telah mengkhabarkan kepadaku sebagian istri Nabi saw : Bahwasanya Rasulullah saw biasa berpuasa pada pada hari Asyura’ dan 9 hari (pertama) bulan Dzulhijjah dan dan 3 hari setiap bulan dan pada hari senin pertama setiap bulan dan pada 2 hari Kamis.
Hadits riwayat Nasai Kitabush Shiyam bab 70 no 2372

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « مَا مِنْ أَيَّامٍ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ أَنْ يُتَعَبَّدَ لَهُ فِيهَا مِنْ عَشْرِ ذِى الْحِجَّةِ يَعْدِلُ صِيَامُ كُلِّ يَوْمٍ مِنْهَا بِصِيَامِ سَنَةٍ وَقِيَامُ كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْهَا بِقِيَامِ لَيْلَةِ الْقَدْرِ
قال الشيخ الألباني : ضعيف مع بعض الاختلاف في الألفاظ

Bersumber dari Abu Hurairah r.a dari Nabi saw yang bersabda : Tidak ada satupun hari yang lebih dicintai oleh Allah untuk beribadah kepadanya melebihi kecintaan Allah kepada amalan  yang dilakukan pada 10 hari pertama bulan Dzulhijjah. Puasa  1 hari dari padanya setara dengan puasa 1 tahun dan shalat malamnya , setiap malam setara dengan shalat pada saat lalatul Qadr
Hadits dha’if riwayat Tirmidzi Kitabush Shaum bab no 758
Ibnu Majah Kitabush Shiyam bab 39 no 1728

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ ». يَعْنِى أَيَّامَ الْعَشْرِ. قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ « وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَىْءٍ
قال الشيخ الألباني : صحيح

Bersumber dari Ibnu Abbas r.a dia berkata : Rasulullah saw bersabda : Tidak ada satupun hari yang mana amal shalih di dalamnya lebih dicintai Allah dibanding dengan beberapa  hari ini - yaitu  10 hari pertama bulan Dzulhijjah- 
Mereka bertanya : Wahai Rasulullah ! Termasuk jihad di jalan Allah ?
Rasulullah saw bersabda : Termasuk jihad di jalan Allah. Kecuali seseorang yang berangkat jihad dengan membawa jiwa dan hartanya , kemudian dia tidak kembali dengan membawa apapun (gugur sebagai syahid). 
Abu Dawud Kitabush Shaum bab 61 no 2438
Tirmidzi Kitabu bab no 707
Ibnu Majah Kitabu bab no 1728
Ahmad 1/224

PENJELASAN :
Hadits ini menjelaskan keutamaan amal shalih pada 10 hari pertama bulan Dzulhijjah secara umum. Termasuk di dalamnya : shalat , puasa , shadaqah , dzikir , membaca Al Qur’an dll.

Maka : sekalipun hadits tentang keutamaan puasa pada 10 hari pertama bulan Dzulhijjah tidak disepakati keshahihannya , bahkan ada yang menganggapnya dha’if , tetapi hadits shahih tentang keutamaan amal shalih secara umum ini sudah dapat dijadikan dalil tentang keutamaan berpuasa pada 10 hari pertama bulan Dzulhijjah.

Yang dimaksud 10 hari pertama adalah tanggal 1 sampai tanggal 9 Dzulhijjah saja, tidak termasuk tanggal 10.

Karena  tanggal 10 Dzulhijjah adalah hari Raya Qurban , yang mana diharamkan bagi setiap Muslim untuk berpuasa di dalamnya.

HADITS TENTANG LARANGAN BERPUASA PADA 2 HARI RAYA :

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ - رضى الله عنه - أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- نَهَى عَنْ صِيَامِ يَوْمَيْنِ يَوْمِ الأَضْحَى وَيَوْمِ الْفِطْرِ

Bersumber dari Abu Hurairah r.a , bahwasanya Rasulullah saw melarang berpuasa pada 2 hari , yaitu Hari Raya Adh-ha dan Hari raya Fithri 
Hadits shahih riwayat Muslim  Kitabush Shiyam bab 22 no 1138

عَنْ أَبِى عُبَيْدٍ مَوْلَى ابْنِ أَزْهَرَ قَالَ شَهِدْتُ الْعِيدَ مَعَ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ - رضى الله عنه - فَقَالَ هَذَانِ يَوْمَانِ نَهَى رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - عَنْ صِيَامِهِمَا يَوْمُ فِطْرِكُمْ مِنْ صِيَامِكُمْ ، وَالْيَوْمُ الآخَرُ تَأْكُلُونَ فِيهِ مِنْ نُسُكِكُمْ

Bersumber dari Abu Ubaid maula Ibnuz Azhar dia berkata : Aku Hadir pada hari Raya bersama Umar bin Al Khaththab r.a , lalu dia berkata : 2 hari ini , Rasulullah saw melarang untuk berpuasa di dalamnya. (Yaitu hari Raya Fithri) , hari dimana kalian berbuka dari puasa kalian.
dan Hari (Raya) Qurban , dimana kalian memakan sembelihan kalian. 
Hadits riwayat Al Bukhari Kitabush Shaum bab 66 no 1990 (ini adalah lafadznya)
Muslim Kitabush Shiyam bab 22 no 1137

HADITS TENTANG RASULULLAH SAW TIDAK BERPUASA PADA 2 HARI RAYA

عَنْ أَنَسٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - لاَ يَغْدُو يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَأْكُلَ تَمَرَاتٍ 

Bersumber dari Anas r.a , dia berkata : Rasulullah saw tidak pergi menunaikan shalat Iedul Fithri , kecuali beliau saw makan beberapa biji korma terlebih dahulu ( dengan jumlah ganjil )
Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabul Iedain bab 4 no 953

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ كَانَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- لاَ يَخْرُجُ يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَطْعَمَ وَلاَ يَطْعَمُ يَوْمَ الأَضْحَى حَتَّى يُصَلِّىَ
قال الشيخ الألباني : صحيح
قال الأعظمي : إسناده حسن
قال شعيب الأرنؤوط : إسناده حسن

Bersumber dari Abdullah bin Buraidah dari bapaknya ( yaitu Buraidah r.a ), dia berkata :
Bahwasanya Nabi saw tidak pergi ( shalat ) pada Hari Raya Fithri kecuali makan terlebih dahulu.
Dan beliau saw tidak makan pada Hari Raya Adh-ha sehingga melakukan shalat (terlebih dahulu)
Hadits riwayat Tirmidzi Kitabush Shalah bab 278 no 542 ( ini adalah lafadznya ). 
Dinilai shahih oleh Syaikh Al Albani
Ibnu Majah Kitabush Shiyam bab 49 no 1754
Ibnu Khuzaimah no 1426 , sanadnya dinilai hasan oleh Syaikh Al A’dhami
Ibnu Hibban no 2812 , sanadnya dinilai hasan oleh Syaikh Al Arnauth

PENJELASAN :
Diantara perkara yang diajarkan oleh Nabi saw adalah makan pagi ( sarapan ) sebelum pergi ke tempat shalat Ied pada Hari Raya Fithri
Sedangkan pada Hari Raya Adh-ha , Nabi saw tidak makan apapun sebelum berangkat ke tempat shalat Ied.
Saparan pagi dilakukan sekembalinya dari shalat.

Sebagian umat Islam beranggapan bahwa Nabi saw makan pagi sebelum berangkat ke tempat shalat pada Hari Raya Fithri adalah : agar tidak ada orang yang mengira bahwa masih ada kewajiban puasa sebelum shalat Ied dilaksanakan. Demikianlah yang dikatakan oleh Al Muhallab
( Lihat : Fat-hul Baari jilid 3 halaman 568 Kitabul Iedain bab 4 no 953 )

Sedangkan menunda makan sampai pulang dari shalat pada Hari Raya Adh-ha , adalah dikarenakan adanya syari’at penyembelihan qurban pada hari itu dan memakan sebagian daging qurbannya.

Imam Ahmad bin Hanbal mengkhususkan anjuran makan setelah shalat pada hari Raya Adh-ha adalah bagi orang yang berqurban.
( Lihat : Tuhfatul Ahwadzi jilid 3 halaman 68 Abwabul Iedain bab 390 no 542 )

Terlepas apakah kemungkinan itu benar atau tidak , yang jelas amalan tersebut dilakukan oleh Nabi saw, sehingga kita dituntut untuk mengikutinya, yaitu :

Makan dulu sebelum shalat Iedul Fithri.
Tidak makan apapun pada hari Raya Adh-ha , sampai mengerjakan shalat Ied . Setelah shalat ditunaikan , maka dipersilakan makan.

Wallahu A’lam
Oleh : Ustadz Mubarak Abdul Rahim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TENTANG HIJRAH MENANTI