Selasa, 04 Oktober 2016

APAKAH DIPERINTAHKAN UNTUK BERWUDHU KEMBALI BAGI YANG MEMANDIKAN JENAZAH BILA AKAN MENSHOLATKAN,PADAHAL WUDHUNYA BELUM BATAL

Apakah diperintah wudhu lagi bagi yang sudah memandikan jenazah dan dia bermaksud hendak menshalatkan jenazah, sedangkan wudhunya masih belum batal ? 
Sedangkan memandikan jenazah bukanlah pembatal wudhu

JAWAB :

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ صَالِحٍ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِى فُدَيْكٍ حَدَّثَنِى ابْنُ أَبِى ذِئْبٍ عَنِ الْقَاسِمِ بْنِ عَبَّاسٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ عُمَيْرٍ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « مَنْ غَسَّلَ الْمَيِّتَ فَلْيَغْتَسِلْ وَمَنْ حَمَلَهُ فَلْيَتَوَضَّأْ 
قال الشيخ الألباني : صحيح
تعليق شعيب الأرنؤوط : رجاله ثقات رجال الشيخين غير صالح مولى التوأمة صدوق كان قد اختلط وقد اختلف في رفعه ووقفه
قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ أَبِى هُرَيْرَةَ حَدِيثٌ حَسَنٌ َقَدْ رُوِىَ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ مَوْقُوفًا. وَقَدِ اخْتَلَفَ أَهْلُ الْعِلْمِ فِى الَّذِى يُغَسِّلُ الْمَيِّتَ فَقَالَ بَعْضُ أَهْلِ الْعِلْمِ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- وَغَيْرِهِمْ إِذَا غَسَّلَ مَيِّتًا فَعَلَيْهِ الْغُسْلُ. وَقَالَ بَعْضُهُمْ عَلَيْهِ الْوُضُوءُ. وَقَالَ مَالِكُ بْنُ أَنَسٍ أَسْتَحِبُّ الْغُسْلَ مِنْ غُسْلِ الْمَيِّتِ وَلاَ أَرَى ذَلِكَ وَاجِبًا. وَهَكَذَا قَالَ الشَّافِعِىُّ.
وَقَالَ أَحْمَدُ مَنْ غَسَّلَ مَيِّتًا أَرْجُو أَنْ لاَ يَجِبَ عَلَيْهِ الْغُسْلُ وَأَمَّا الْوُضُوءُ فَأَقَلُّ مَا قِيلَ فِيهِ. وَقَالَ إِسْحَاقُ لاَ بُدَّ مِنَ الْوُضُوءِ. قَالَ وَقَدْ رُوِىَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْمُبَارَكِ أَنَّهُ قَالَ لاَ بَأْسَ أَنْ لاَ يَغْتَسِلَ وَلاَ يَتَوَضَّأَ مَنْ غَسَّلَ الْمَيِّتَ

Bersumber dari Abu Hurairah r.a, Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda : Barangsiapa yang telah memandikan janazah, hendaklah dia mandi. Dan barangsiapa yang telah mengusung janazahnya , hendaklah dia berwudhu’
Hadits riwayat Abu Dawud Kitabul Janaaiz  bab 39 no 3161 
Tirmidzi Kitabul Janaiz bab 17 no 993
Ahmad 2/454 no 9553

PENJELASAN
Syaikh Al Arnauth berkata : Hadits ini semua rawinya adalah rawi yang tsiqah , para perawi imam Al Bukhari dan Muslim, kecuali Shalih saja yang shaduq. Karena ketika sudah tua dia pikun. Selain itu , hadits ini diperselisihkan antara marfu’ (sampai kepada Nabi saw) dan mauqufnya (perkataan shahabat saja).

Dari saya : Tetapi Imam Abu Dawud meriwayatkan dari jalur lain, bukan dari Shalih ini , tetapi dari Al Qasim bin Abbas dari ‘Amr bin Umair dari Abu Hurairah r.a secara marfu’

Imam Tirmidzi berkata : Hadits Abu Hurairah ini hadits hasan,
Syaikh Al Albani berkata : Hadits ini shahih.

TENTANG HUKUM MANDI SETELAH MEMANDIKAN MAYAT , MAKA PARA ULAMA BERBEDA PENDAPAT :

1. Sebagian shahabat Nabi saw dan selain mereka berpendapat : Hukumnya wajib mandi setelah memandikan mayat.

2. Sebagian shahabat Nabi saw yang lainnya berpendapat : wajib atasnya wudhu’ setelah memandikan mayat.

3. Imam Malik bin Anas (imam Maliki) berpendapat : dianjurkan mandi tapi hukumnya tidak wajib. Sekurangnya Saya menyukai agar orang yang memandikan mayat agar dia mandi (setelahnya), tetapi saya tidak berpendapat wajib hukumnya. 

4. Imam Asy Syafi’i berpendapat : sama dengan imam Malik (dianjurkan mandi , tapi tidak wajib)

5. Imam Ahmad bin Hanbal berpendapat : tidak wajib atasnya mandi. Sekurangnya dia berwudhu’

6. Imam Ishaq bin Rahawaih berkata : Dia harus berwudhu’

7. Ibnul Mubarak berkata : tidak wajib mandi dan tidak wajib wudhu.

LIHAT : Kitab Sunan Tirmidzi pada catatan kaki Kitabul Janaiz bab 17 no 993

DARI SAYA
Masalah hukum mandi untuk orang yang telah memandikan mayat , terdapat perbedaan yang banyak. Hal ini disebabkan karena hadits Abu Hurairah r.a yang kita kutipkan di atas ,  dinilai  marfu’ dan shahih oleh sebagian dan dinilai mauquf (bukan perkataan Nabi saw) oleh ulama lainnya.. 

Hadits Abu Hurairah r.a yang kita kutipkan di atas , dianggap shahih oleh sebagian ulama dan dinilai mauquf (bukan perkataan Nabi saw) oleh ulama lainnya.

Para shahabat Nabi saw juga berbeda amalannya tentang masalah ini. Ada yang mandi setelah memandikan janazah dan ada pula yang tidak.

عَنْ ابْنِ عُمَرَ : كُنَّا نُغَسِّلُ الْمَيِّتَ ، فَمِنَّا مَنْ يَغْتَسِلُ ، وَمِنَّا مَنْ لَا يَغْتَسِلُ "
وإسناده صحيح كما قال الحافظ في التلخيص

Bersumber dari shahabat Ibnu Umar : Kami memandikan mayat, maka ada diantara kami yang mandi ( setelahnya ), dan ada diantara kami yang tidak mandi
Riwayat Ahmad dalam 2/272 no 7632 dan dinilai shahih oleh Syaikh Syua’ib Al Arnauth dalam Al Mausuu’ah Musnad Al Imam Ahmad bin Hanbal.

PENJELASAN
Riwayat ini shahih dan dapat dijadikan penguat untuk mengambil kesimpulan.

YANG SAYA PILIH 
Terlepas apakah hukum mandi setelah memandikan memandikan mayat dianggap wajib atau tidak , maka saya memilih :

Bahwa seseorang yang telah memandikan mayat , maka sebaik baiknya dia mandi setelahnya, Pilihan ini saya ambil karena hadits tentang perintah mandi setelah memandikan mayat jelas ada. Para shahabat yang mandi setelah memandikan mayat juga ada.

MAKA MANDI SETELAH MEMANDIKAN MAYAT SUDAH PASTI BENAR, TIDAK ADA YANG SALAH.

Tetapi jika terdapat kesulitan yang banyak untuk mandi setelah memandikan mayat, maka tidak mengapa jika tidak mandi.

Tentang berwudhu’ setelah memandikan mayat , saya belum mendapatkan rujukannya.
Maka saya tidak membahasnya lebih jauh.

Wallahu A’lam.

CABANG PERMASALAHAN 
Tentang  berwudhu’ setelah mengusung mayat ke qubur.

SOAL 
Seseorang dalam keadaan berwudhu’ kemudian mengusung mayat. Apakah tetap disyari’atkan berwudhu’ lagi ? 
Untuk apa wudhu’ yang kedua jika seseorang masih belum batal dari wudhu’ pertama ?
Apakah mengusung mayat membatalkan wudhu’ ?

JAWAB :

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « مَنْ غَسَّلَ الْمَيِّتَ فَلْيَغْتَسِلْ وَمَنْ حَمَلَهُ فَلْيَتَوَضَّأْ 
قال الشيخ الألباني : صحيح
تعليق شعيب الأرنؤوط : رجاله ثقات رجال الشيخين غير صالح مولى التوأمة صدوق كان قد اختلط وقد اختلف في رفعه ووقفه
قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ أَبِى هُرَيْرَةَ حَدِيثٌ حَسَنٌ

Hadits riwayat Abu Dawud Kitabul Janaaiz  bab 39 no 3161 
Tirmidzi Kitabul Janaiz bab 17 no 993
Ahmad 2/454 no 9553

PENJELASAN 
Imam Tirmidzi berkata : Hadits ini hadits hasan,
Syaikh Al Albani berkata : Hadits ini shahih.

Hadits ini sebagai dasar hukum bagi yang mensyari’atkan wudhu setelah mengusung mayat, Maka pembicaraan akan kita batasi kepada yang menganggap bahwa hadits ini shahih, sehingga pertanyaannya ada relevansinya dengan hadits ini, yaitu : kenapa harus wudhu’ setelah mengusung mayat padahal wudhu’nya belum batal ?

Karena bagi yang menganggap hadits ini tidak shahih atau shahih tapi mauquf saja , maka dia tidak akan tertarik lagi untuk membahasnya lebih lanjut tentang wudhu’ tersebut.

JAWAB 
Wudhu’ yang diperintahkan dikaitkan dengan mengusung janazah, bukan karena akan shalat.

Contoh : Jika seorang Muslim mengusung mayat setelah matahari terbit , maka dia disyari’atkan berwudhu’ setelah mengusung mayat tersebut :
- Walaupun dia dalam keadaan wudhu’ atau tidak. 
- Walaupun dia tidak mengerjakan shalat setelah wudhu tersebut.

PERBANDINGAN 

ANJURAN BERWUDHU’ SETIAP AKAN MENGERJAKAN SHALAT WALAUPUN TIDAK BERHADATS

  عَنْ سُفْيَانَ قَالَ حَدَّثَنِى عَمْرُو بْنُ عَامِرٍ  عَنْ أَنَسٍ قَالَ كَانَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - يَتَوَضَّأُ عِنْدَ كُلِّ صَلاَةٍ . قُلْتُ كَيْفَ كُنْتُمْ تَصْنَعُونَ قَالَ يُجْزِئُ أَحَدَنَا الْوُضُوءُ مَا لَمْ يُحْدِثْ
Bersumber dari Sufyan dia berkata : telah mengkhabarkan kepadaku ‘Amr bin ‘Aamir dari Anas r.a dia berkata : Bahwasanya Nabi saw biasa berwudhu’ setiap kali mengerjakan akan mengerjakan shalat.
Aku bertanya : bagaimana yang kalian perbuat ?
Anas r.a menjawab : Sekali wudhu’ sudah mencukupi bagi seseorang diantara kami selama dia belum berhadats (belum batal wudhu’nya) 
Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabul Wudhu’ bab 54 no 214

PENJELASAN
Rasulullah saw sering memperbaharui wudhu’ setiap kali akan mengerjakan shalat.
Hal ini dilakukan oleh Rasulullah saw dalam keadaan beliau saw masih ada wudhu’nya ataupun telah batal, Kita memaklumi bahwa setelah shalat tentu Rasulullah saw melakukan aktifitas lainnya , seperti makan, minum, berbicara , membaca Al Qur’an , berdzikir dll.

Apakah aktifitas tersebut membatalkan wudhu’nya ? 
Tentu saja tidak. Rasulullah saw biasa berwudhu’ setiap kali akan mengerjakan shalat. Berarti wudhu’nya Nabi saw ini dikaitkan dengan shalat yang akan dikerjakannya , bukan karena telah batal wudhu’nya.

Sedangkan para shahabat mengerjakan shalat dengan sekali wudhu untuk beberapa shalat jika masih belum batal

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « لَوْلاَ أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِى لأَمَرْتُهُمْ عِنْدَ كُلِّ صَلاَةٍ بِوُضُوءٍ أَوْ مَعَ كُلِّ وُضُوءٍ سِوَاكٌ
تعليق شعيب الأرنؤوط : إسناده حسن
قال الشيخ الألباني : حسن صحيح

Bersumber dari Abu Hurairah r.a dia berkata : Rasulullah saw bersabda :
Seandainya aku tidak khawatir akan memberatkan umatku maka aku akan perintahkan kepada mereka untuk berwudhu’ setiap kali akan mengerjakan shalat atau bersiwak setiap kali berwudhu’
Hadits riwayat Ahmad 2/258 no 7461 dengan sanad yang hasan
Dinilai sebagai hadits hasan shahih oleh Syaikh Al Albani dalam shahih At Targhiib no 200

Hadits ini juga menjadi penguat hadits sebelumnya , bahwa dianjurkan untuk berwudhu’ setiap akan mengerjakan shalat , baik ketika belum berhadats ataupun sudah berhadats. 

CATATAN
Dalam hadits lainnya , saya dapati bahwa Rasulullah saw mengerjakan 2 shalat atau lebih hanya dengan 1 kali wudhu’, misalnya 

1. KETIKA SHALAT MALAM :

عَنْ زَيْدِ بْنِ خَالِدٍ الْجُهَنِىِّ أَنَّهُ قَالَ لأَرْمُقَنَّ صَلاَةَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- اللَّيْلَةَ فَصَلَّى. رَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ طَوِيلَتَيْنِ طَوِيلَتَيْنِ طَوِيلَتَيْنِ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ وَهُمَا دُونَ اللَّتَيْنِ قَبْلَهُمَا ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ وَهُمَا دُونَ اللَّتَيْنِ قَبْلَهُمَا ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ وَهُمَا دُونَ اللَّتَيْنِ قَبْلَهُمَا ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ وَهُمَا دُونَ اللَّتَيْنِ قَبْلَهُمَا ثُمَّ أَوْتَرَ فَذَلِكَ ثَلاَثَ عَشْرَةَ

Bersumber dari Zaid bin Khalid Al Juhani r.a , bahwasanya dia berkata :
Sungguh aku mengamati shalat malamnya Rasulullah saw. 
Beliau saw melakukan shalat 2 raka’at secara ringan. 
Kemudian Rasulullah saw melakukan shalat 2 raka’at dengan sangat panjang ( lama ). Kemudian beliau saw shalat 2 raka’at yang kurang panjang jika dibanding dengan 2 raka’at sebelumnya. 
Kemudian beliau saw shalat 2 raka’at yang kurang panjang jika dibanding dengan 2 raka’at sebelumnya. 
Kemudian beliau saw shalat 2 raka’at yang kurang panjang jika dibanding dengan 2 raka’at sebelumnya. 
Kemudian beliau saw shalat 2 raka’at yang kurang panjang jika dibanding dengan 2 raka’at sebelumnya. 
Kemudian beliau saw shalat witir ( 1 raka’at ). Jumlah keseluruhannya adalah 13 raka’at.
Hadits shahih riwayat Muslim Kitabu Shalatil Musaafiriin bab (26) Ad Du’aai fii Shalaatil Laili wa Qiyaamihi no 765 ( ini adalah lafadznya )
Abu Dawud Kitabut Tathawwu’ bab 26 no 1366
Ahmad 5/193 no 21172

PENJELASAN 
Hadits ini menjelaskan  bahwa Rasulullah saw mengerjakan shalat dengan berkali kali salam tanpa diselingi dengan wudhu’ terlebih dahulu. Satu wudhu’ untuk beberapa kali shalat. 

2. SHALAT JAMA’ DALAM PERJALANAN.

إِذَا زَاغَتِ الشَّمْسُ أَمَرَ بِالْقَصْوَاءِ فَرُحِلَتْ لَهُ فَأَتَى بَطْنَ الْوَادِى فَخَطَبَ النَّاسَ ثُمَّ أَذَّنَ ثُمَّ أَقَامَ فَصَلَّى الظُّهْرَ ثُمَّ أَقَامَ فَصَلَّى الْعَصْرَ وَلَمْ يُصَلِّ بَيْنَهُمَا شَيْئًا ثُمَّ رَكِبَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- حَتَّى أَتَى الْمَوْقِفَ وَاسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ فَلَمْ يَزَلْ وَاقِفًا حَتَّى غَرَبَتِ الشَّمْسُ
Bersumber dari Jabir bin Abdullah r.a , dia berkata : ………………Apabila matahari telah tergelincir (masuk waktu dhuhur), Beliau saw menyuruh supaya qaswa’ ( onta Nabi saw ) dipersiapkan, lalu Beliau saw menuju perut lembah kemudian berkhutbah……….
Kemudian ( muadzdzin) mengumandangkan adzan, kemudian dibacakan iqamah. Maka Rasulullah saw melaksanakan shalat dhuhur. Kemudian dibacakan iqamah lagi, maka Rasulullah saw shalat ashar, dan Beliau saw tidak shalat sunnah apapun diantara 2 shalat fardhu tsb. Kemudian Nabi saw mengendarai kendaraannya sampai tiba ditempat wuquf . . . . .dan menghadap ke arah qiblat. Beliau saw senantiasa berada ditempat wuqufnya sampai matahari terbenam.
Hadits shahih riwayat Muslim Kitabul Haj bab 19 no 1218 

PENJELASAN 
Hadits ini menjelaskan  bahwa Rasulullah saw mengerjakan 2 kali shalat hanya dengan 1 wudhu’. Artinya : satu wudhu’ untuk beberapa kali shalat. 

3. ATAU MENGERJAKAN SHALAT MALAM , KEMUDIAN SHALAT  SUNNAH SEBELUM SHUBUH KEMUDIAN SHALAT SHUBUH DALAM 1 WUDHU’ SAJA 

عَنْ كُرَيْبٍ أَنَّ ابْنَ عَبَّاسٍ أَخْبَرَهُ أَنَّهُ بَاتَ عِنْدَ مَيْمُونَةَ ، وَهْىَ خَالَتُهُ ، فَاضْطَجَعْتُ فِى عَرْضِ وِسَادَةٍ ، وَاضْطَجَعَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - وَأَهْلُهُ فِى طُولِهَا ، فَنَامَ حَتَّى انْتَصَفَ اللَّيْلُ أَوْ قَرِيبًا مِنْهُ ، فَاسْتَيْقَظَ يَمْسَحُ النَّوْمَ عَنْ وَجْهِهِ ، ثُمَّ قَرَأَ عَشْرَ آيَاتٍ مِنْ آلِ عِمْرَانَ ، ثُمَّ قَامَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - إِلَى شَنٍّ مُعَلَّقَةٍ ، فَتَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ ، ثُمَّ قَامَ 
يُصَلِّى فَصَنَعْتُ مِثْلَهُ فَقُمْتُ إِلَى جَنْبِهِ ، فَوَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى رَأْسِى ، وَأَخَذَ بِأُذُنِى يَفْتِلُهَا ، 
ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ ، ثُمَّ رَكْعَتَيْنِ ، ثُمَّ رَكْعَتَيْنِ ، ثُمَّ رَكْعَتَيْنِ ، ثُمَّ رَكْعَتَيْنِ ، ثُمَّ رَكْعَتَيْنِ ، ثُمَّ أَوْتَر ثُمَّ اضْطَجَعَ حَتَّى جَاءَ الْمُؤَذِّنُ فَقَامَ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ ثُمَّ خَرَجَ فَصَلَّى الصُّبْحَ 
قال الشيخ الألباني : صحيح
تعليق شعيب الأرنؤوط : إسناده صحيح على شرط الشيخين

Bersumber dari Kuraib, sesungguhnya Ibnu Abbas r.a bercerita kepadanya bahwa dia bermalam di rumah Maimunah r.a, dia adalah bibinya. 
Ibnu Abbas berkata : Aku tidur diatas selimut yang dibentangkan, sedangkan Rasulullah saw dan istrinya tidur diruangan istrinya sampai tengah malam atau mendekati tengah malam.
Lalu Rasulullah saw bangun sambil mengusap wajahnya , lalu membaca 10 ayat dari surah Ali Imran. Kemudian beliau saw bangkit menuju tempat air dari kulit yang digantung dan berwudhu dengan membaguskan wudhu’nya lalu melaksanakan shalat.
Akupun mengikuti apa yang beliau lakukan dan berdiri di sampingnya.
Beliau saw meletakkan tangan kananya diatas kepalaku dan menarik telingaku.
Setelah itu beliau saw melaksanakan shalat 2 raka’at
Kemudian melaksanakan 2 raka’at lagi
Kemudian melaksanakan 2 raka’at lagi
Kemudian melaksanakan 2 raka’at lagi
Kemudian melaksanakan 2 raka’at lagi
Kemudian melaksanakan 2 raka’at lagi
Kemudian melaksanakan witir ( 1 raka’at )
Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabul Witr bab 1 no 992  ( ini adalah lafadznya )
Muslim Kitabu Shalatil Musaafiriin bab (26) no 763
Abu Dawud Kitabut Tathawwu’ bab 26 no 1367 ( dinilai shahih oleh Al Albani )
Ibnu Majah Kitabu Iqamatish Shalah bab 181 no 1363 ( di shahihkan oleh Al Albani )
Ahmad 1/242 no 2165 (sanadnya dinilai shahih oleh Syaikh Syu’aib Al Arnauth)

PENJELASAN
Hadits ini menjelaskan  bahwa Rasulullah saw mengerjakan shalat dengan berkali kali salam tanpa diselingi dengan wudhu’ terlebih dahulu. Satu wudhu’ untuk beberapa kali shalat, Shalat sunnah malam , shalat sunnah qabliyah shubuh , shalat fardhu shubuh dilakuakn hanya dengan 1 kali wudhu’

KESIMPULAN AKHIR
Maka saya berpendapat bahwa anjuran memperbaharui wudhu adalah ketika akan mengerjakan shalat fardhu yang tidak dijama’.

Wallahu A’lam.
Oleh : Ustadz Mubarak Abdul Rahim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TENTANG HIJRAH MENANTI