Rabu, 10 Agustus 2016

AKHLAQ KEPADA TETANGGA



Di dalam ajaran Islam , tetangga adalah seseorang atau sekumpulan orang yang memiliki haq yang sangat besar kepada tetangga lainnya.

Sehingga umat Islam dituntut untuk berbuat baik kepada tetangganya.
Dia harus dapat memberikan manfa’at yang baik kepada tetangganya.
Bisa dengan hartanya apabila dia orang yang berharta.
Bisa dengan ilmunya apabila dia adalah orang yang berilmu.
Bisa dengan tenaganya.Dsb.

Ringkasnya : Orang yang beriman harus berdaya guna di tengah masyarakat lainnya.

Kalau dia tidak dapat memberikan manfa’at kepada tetangganya , maka sekurangnya dia dapat membuat tetangganya tidak terganggu dengan keberadannya.

Inilah Mukmin yang sukses. Dia telah mengamalkan ajaran Islam dengan benar.
Dia akan menuai kebaikannya dengan mendapatkan balasan kebaikan yang banyak di sisi Allah swt

Sebaliknya , mukmin yang jahat adalah : yang membuat tetangganya merasa tidak aman dari perbuatannya. Orang tersebut tidak memberikan kepada tetangganya , sesuatu yang dapat dirasakan kebaikannya. Malah dia melakukan hal hal yang dapat menyakiti tetangganya. Keberadaannya tidak berdaya guna buat umat manusia yang berada di sekitarnya. Malah dia menebarkan malapetaka buat saudaranya

Dia banyak menggunjing tetangganya.
Dia banyak memfitnah tetangganya.
Dia banyak mencela tetangganya.
Dia memakan haq tetangganya.
Dia menyakiti tetangganya dengan kejahatan tangannya, atau kekuasaannya.

Menggunjing ( Ghibah ) : adalah membicarakan keburukan atau aib orang lain.
Para penggunjing adalah pengecut yang diserupakan dengan menusuk orang lain dari belakang, karena dia menghabisi kehormatan orang lain tanpa sepengetahuannya , sehingga orang yang dibicarakan tersebut tidak dapat membela dirinya.

Menggunjing (ghibah) adalah perbuatan dosa besar.
Allah swt sangat mencela umat Islam yang menggunjing Muslim lainnya.
Dia diserupakan dengan kanibal yang paling buruk , yaitu pemakan bangkai manusia yang sudah busuk. Sedangkan bangkai tersebut adalah tubuh saudaranya sendiri.

وَلا تَجَسَّسُوا وَلا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ

Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.
Al Qur’an surah Al Hujurat ayat 12

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « أَتَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ ». قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ « ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ ». قِيلَ أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِى أَخِى مَا أَقُولُ قَالَ « إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدِ اغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ فَقَدْ بَهَتَّهُ
قال الشيخ الألباني : صحيح

Bersumber dari Abu Hurairah r.a , sesungguhnya Rasulullah saw bersabda :
Tahukah kalian apakah yang disebut dengan ghibah ?
Para shahabat menjawab : Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.
Nabi saw bersabda : Ghibah adalah membicarakan sesuatu tentang saudaramu , yang kalau dia mengetahuinya maka dia tidak menyukainya.
Dikatakan (kepada Nabi saw) : Bagaimana seandainya apa yang saya bicarakan tentang saudara tersebut memang benar adanya ?
Nabi saw menjawab : Jika yang engkau bicarakan tentang saudaramu memang benar seperti itu adanya , maka itulah yang disebut ghibah (menggunjing).
Jika yang dibicarakan tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya , maka engkau telah membuat kebohongan atas dia (engkau telah memfitnahnya).


Hadits shahih riwayat Muslim Kitabul Birr Wash Shilah wal Adab bab 20 no 2589
Abu Dawud Kitabul Adab bab 40 no 4874.
Tirmidzi Kitabul Birr Wash Shilah bab 23 no 1934.


Fitnah : adalah berita bohong yang disebarkan untuk menjatuhkan kehormatan orang lain. Maksudnya , seseorang dikatakan melakukan sesuatu keburukan padahal dia tidak melakukannya.

Dalam ajaran Islam , fitnah adalah dosa besar. Lebih besar dari ghibah (menggunjing).
Karena menggunjing adalah membicarakan keadaan sebenarnya dari seseorang.
Sedangkan fitnah adalah berita bohong yang disebarkan atas seseorang padahal orang tersebut tidak melakukan sebagaimana yang dituduhkan.

Tujuan fitnah sangat jelas : yaitu untuk menghabisi kehormatan seseorang, atau untuk menggiring opini masyarakat agar membenci orang yang difitnahnya.

Fitnah senantiasa berbuah permusuhan dan perpecahan.

Orang yang melakukan fitnah adalah orang yang tidak baik , walaupun dia kelihatan sebagai orang yang rajin beribadah.

Bahkan ibadah yang dilakukannya tidak menjamin keselamatan hari akhiratnya.
Dia berpotensi dimasukkan neraka karena kejahatannya mulutnya.

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ فُلاَنَةَ تَذْكُرُ مِنْ كَثْرَةِ صَلاَتِهَا وَصِيَامِهَا وَصَدَقَتِهَا غَيْرَ أَنَّهَا تُؤْذِى جِيرَانَهاَ بِلِسَانِهَا قَالَ « هِىَ فِى النَّارِ ». قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَإِنَّ فُلاَنَةَ تَذْكُرُ مِنْ قِلَّةِ صِيَامِهَا وَصَدَقَتِهَا وَصَلاَتِهَا وَأَنَّهَا تَصَدَّقُ باِلأَثْوَارِ مِنَ الأَقِطِ وَلاَ تُؤْذِى جِيرَانَهَا بِلِسَانِهَا قَالَ « هِىَ فِى الْجَنَّةِ
تعليق شعيب الأرنؤوط : إسناده حسن

Bersumber dari Abu Hurairah r.a dia berkata : Ada seeorang laki berkata : wahai Rasulullah ! Sesungguhnya seseorang disebut sebut sebagai orang yang banyak shalatnya, dan banyak puasanya, serta banyak shadaqahnya.
HANYA SAJA DIA SUKA MENYAKITI TETANGGANYA DENGAN LISANNYA.
Nabi saw bersabda : Tempat orang itu di dalam neraka.

Laki laki itu berkata lagi : wahai Rasulullah ! Sesungguhnya seseorang disebut sebut sebagai orang yang sedikit shalatnya, dan sedikit puasanya. Dia bershadaqah hanya dengan sepotong roti  yang kering.
HANYA SAJA DIA TIDAK SUKA MENYAKITI TETANGGANYA DENGAN LISANNYA.
Nabi saw bersabda : Tempat orang itu di dalam surga.

Hadits riwayat Ahmad 2/440 no. 9383
Sanadnya dinilai hasan oleh Syaikh Al Arnauth.

Inilah mukmin yang gagal. Kelak dia akan mendapat balasan berupa murka Allah swt .
Dia diancam akan dimasukkan neraka , walaupun dia banyak melakukan ibadah kepada Allah swt.

عَنْ أَبِى شُرَيْحٍ الْخُزَاعِىِّ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُحْسِنْ إِلَى جَارِهِ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَسْكُتْ

Bersumber dari Abu Syuraih Al Khuzaa’iy  r.a , sesungghnya Rasulullah saw bersabda :
Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir , maka hendaknya dia berbuat baik kepada tetangganya.
Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya dia memuliakan tamunya.
Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya dia berkata baik atau (memilih untuk) diam.


Hadits shahih riwayat Muslim Kitabul Iman bab 19 no 48

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ « مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلاَ يُؤْذِى جَارَهُ
Bersumber dari Abu Hurairah r.a  dari Nabi saw yang bersabda :
Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya dia tidak menyakiti tetangganya.

Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabun Nikah bab 80 no 5185
Muslim Kitabul Iman bab 19 no 47

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضى الله عنه أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ « لاَ يَمْنَعُ جَارٌ جَارَهُ أَنْ يَغْرِزَ خَشَبَهُ فِى جِدَارِهِ

Bersumber dari Abu Hurairah r.a , sesungguhnya Rasulullah saw bersabda :
Janganlah seseorang melarang tetangganya untuk menyandarkan kayu di dindingnya.


Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabul Madhaalim bab 20 no 2463 (ini lafadznya).
Muslim Kitabul Masaaqah bab 29 no 1609


Orang yang berperilaku tidak baik kepada tetangga sangat dicela dalam Islam,  bahkan celaka pada hari akhir


عَنْ أَبِى شُرَيْحٍ أَنَّ النَّبِىَّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ « وَاللَّهِ لاَ يُؤْمِنُ ، وَاللَّهِ لاَ يُؤْمِنُ ، وَاللَّهِ لاَ يُؤْمِنُ » . قِيلَ وَمَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « الَّذِى لاَ يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَايِقَهُ

Bersumber dari Abu Syuraih r.a , sesungguhnya Nabi saw bersabda :
Demi Allah ! dia tidak beriman.
Demi Allah ! dia tidak beriman.
Demi Allah ! dia tidak beriman.
Dikatakan kepada Rasulullah saw : Siapakah dia wahai Rasulullah ?
Nabi saw bersabda : (orang yang tidak beriman itu ) adalah orang yang membuat tetangganya merasa tidak aman dari gangguan kejahatannya.


Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabul Adab bab 29 no 6016
Penjelasan :

Imam Al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqalaani berkata : Imam Nawawi berkata :

Kalimat “dia tidak beriman” maknanya : imannya tidak sempurna, sehingga dia tidak layak mendapatkan balasan seperti mukmin yang baik imannya , yaitu masuk surga sejak awal.

Lihat : Kitab Fat-hul Baari jilid 13 halaman 545 Kitabul Adab bab 29 no 6016

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ لاَ يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ

Bersumber dari Abu Hurairah r.a , sesungguhnya Rasulullah saw bersabda :
Tidak akan masuk surga, bagi orang yang membuat tetangganya merasa tidak aman dari gangguan kejahatannya.

Hadits shahih riwayat Muslim Kitabul Iman bab 18 no 46

Penjelasan :

Kalimat “tidak akan masuk surga” maknanya adalah : tidak akan masuk surga dalam arti yang sebenarnya. Maksudnya dia telah menjadi kafir dan mendekam selamanya di neraka
Makna ini berlaku bagi orang yang menghalalkan praktek menyakiti tetangga, padahal dia telah mengetahui bahwa menyakiti tetangga hukumnya adalah haram. Maka dia menjadi kafir.

Makna kedua :  “Tidak akan masuk surga” artinya : dia tidak akan masuk surga bersama dengan orang yang sukses , sehingga dia harus dihukum terlebih dahulu di dalam neraka.
Kemudia dia akan dimasukkan surga pada gelombang akhir.

Lihat : Kitab syarah Muslim oleh imam Nawawi jilid 1 halaman 207 Kitabul Iman bab 18

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ فُلاَنَةَ تَذْكُرُ مِنْ كَثْرَةِ صَلاَتِهَا وَصِيَامِهَا وَصَدَقَتِهَا غَيْرَ أَنَّهَا تُؤْذِى جِيرَانَهاَ بِلِسَانِهَا قَالَ « هِىَ فِى النَّارِ ». قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَإِنَّ فُلاَنَةَ تَذْكُرُ مِنْ قِلَّةِ صِيَامِهَا وَصَدَقَتِهَا وَصَلاَتِهَا وَأَنَّهَا تَصَدَّقُ باِلأَثْوَارِ مِنَ الأَقِطِ وَلاَ تُؤْذِى جِيرَانَهَا بِلِسَانِهَا قَالَ « هِىَ فِى الْجَنَّةِ
تعليق شعيب الأرنؤوط : إسناده حسن

Bersumber dari Abu Hurairah r.a dia berkata : Ada seeorang laki berkata : wahai Rasulullah ! Sesungguhnya seseorang disebut sebut sebagai orang yang banyak shalatnya, dan banyak puasanya, serta banyak shadaqahnya.
Hanya saja dia suka menyakiti tetangganya dengan lisannya.
Nabi saw bersabda : Tempat orang itu di dalam neraka.


Laki laki itu berkata lagi : wahai Rasulullah ! Sesungguhnya seseorang disebut sebut sebagai orang yang sedikit shalatnya, dan sedikit puasanya. Dia bershadaqah hanya dengan sepotong roti  yang kering.
Hanya saja dia tidak suka menyakiti tetangganya dengan lisannya.
Nabi saw bersabda : Tempat orang itu di dalam surga.

Hadits riwayat Ahmad 2/440 no. 9383
Sanadnya dinilai hasan oleh Syaikh Al Arnauth.


Seorang muslim yang akhlaqnya baik kepada tetangga , maka dia berdaya guna kepada tetangga tersebut , baik dengan harta , ilmu , tenaga, perilaku dsb.
Sehingga keberadaannya senantiasa dirindukan. Dan kepergiannya sangat dinanti kedatangannya.

Sebaliknya seseorang yang buruk akhlaqnya kepada tetangga , keberadannya menimbulkan kerusakan . Dia tidak bermanfa’at bagi tetangganya dalam banyak hal.
Kepergiannya sangat diharapkan. Dan kedatangannya sangat dirisaukan.

KESIMPULAN :
Biarpun tetangga kita memusuhi kita , kita tetap menegurnya, tetap mengucapkansalam kepadanya. Walaupun kita tidak ditegurnya. Jika kita sudah menegurnya tapi dia masih menampakkan permusuhannya maka kesalahan akan ditimpakan kepadanya saja.

Kalau tetangga memang jahat dan membuat kita tidak aman dari kejahatannya , misalnya kejahatan mulut, sikap dll , kalau tidak menyulitkan , bagusnya pindah saja dari situ. Supaya syaithan tidak mengajak kita untuk melakukan tindakan balasan , sehingga kita akan sama buruknya dengan tetangga yang buruk tersebut.

Kalau tidak mampu pindah , banyaklah berdo’a kepada Allah agar tetangga tersebut diampuni dosanya dan diberikan hidayah.

Oleh : Ustadz Mubarak Abdul Rahim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TENTANG HIJRAH MENANTI