Minggu, 28 Agustus 2016

RANGKAIAN KEGIATAN PADA SHOLAT IEDUL FITHRI BESERTA TATACARA SHALAT IEDUL FITHRI

1. SHALAT IEDUL FITHRI  ( RANGKAIAN KEGIATAN )

1. Tidak perlu ada mimbar . Rasulullah saw tidak berkhutbah di atas mimbar dalam shalat Ied.
(Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabul Iedain bab 6 no 956) 
  
2. Selama menunggu imam datang , para makmum terus bertakbir.
( Cara ini diamalkan para shahabat , diantaranya adalah Ibnu Umar r.a )
( Riwayat Ad Daraquthni Kitabul Iedain no 1716 dengan sanad yang jayyid )


3. Tidak didapati adanya hadits shahih yang disandarkan kepada Rasulullah saw tentang susunan kalimat takbir . Maka kita boleh bertakbir seperti takbirnya para shahabat , diantaranya takbirnya shahabat Ibnu Mas’ud r.a :

Allahu Akbar    Allahu Akbar
Laa Ilaaha Illallaahu Wallallaahu Akbar
Allahu Akbar Walillaahil Hamd

( Shahih riwayat Ibnu Abi Syaibah Kitabush Shalawat bab 413 no 5633 )

Saya kurang menyukai tambahan tambahan dalam takbiran yang tidak jelas asal usulnya , seperti :
Laa ilaaha illallahu wahdah , shadaqa wa’dah wanashara ‘abdah, dst

4. Shalat Ied dilakukan pada waktu dhuha ( setelah matahari terbit ). Dalam hal ini tidak didapati adanya hadits shahih yang disandarkan kepada Nabi saw. Tetapi ada riwayat shahih dari shahabat Nabi saw yang menjelaskan demikian.
Hadits shahih riwayat Al Bukhari secara mu’allaq Kitabul Iedain bab 10 sebelum no 968
Abu Dawud Kitabush Shalah bab 240 no 1135 ( ini adalah lafadznya )
Ibnu Majah Kitabu Iqaamatish Shalah bab 170 no 1317


5. Ketika imam datang , shalat Ied langsung didirikan.
Imam tidak melakukan shalat apapun sebelum shalat Ied ataupun sesudahnya.

( Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabul Iedain bab 26 no 989 )

6. Tidak ada adzan atau iqamat sebelum shalat Ied. Juga tidak ada seruan Ash Shalaatu Jaami’ah atau lainnya.
( Hadits shahih riwayat Muslim Kitabu Shalatil Iedain bab 8 no 887 )

7. Shalat Ied dilakukan dengan 2 raka’at , caranya seperti shalat shubuh, dengan sedikit perbedaan :
( Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabul Iedain bab 26 no 989 )


8. Pada raka’at pertama bertakbir 7 kali sebelum membaca Al Fatihah sudah termasuk takbiratul ihram.
Pada raka’at kedua bertakbir 5 kali selain takbir ruku’, sebagaimana penjelasan shahabat Ibnu Abbas r.a terhadap takbir 7 dan 5 pada shalat Ied.

Hadits riwayat Ahmad 2/180 no 6649
Ibnu Majah Kitabu Iqamatish Shalah bab 156 no 1579
   

9. Bacaan Iftitah dilakukan setelah 7 takbir ( dan sebelum Al Fatihah ) : hal ini didasarkan kepada dhahirnya hadits , bahwa iftitah tempatnya adalah antara takbir dan bacaan ( Al Fatihah )
( Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabul Aadzan bab 89 no 744 )


10. Setelah salam dari shalatnya , imam langsung berdiri menghadap kepada makmum untuk berkhutbah. Tidak ada dzikir dsb.
( Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabul Iedain bab 6 no 956 )


11. Makmum dianjurkan mendengarkan khutbah Ied , tetapi tidak diwajibkan. Yang ingin pulang setelah shalat Ied tanpa mendengarkan khutbah , maka tidak dilarang.Hadits shahih riwayatAbu Dawud Kitabush Shalah bab 247 no 1155
Dinilai shahih oleh Syaikh Al Albani dalam Irwaaul Ghaliil no 629


12. Tentang khutbah Ied yang diawali dengan 9 takbir pada raka’at pertama , dan 7 takbir pada raka’at kedua, haditsnya tidak shahih.
( Riwayat Al Baihaqi dalam As Sunanul Kubra Kitabu Shalatil Iedain bab 24 no 6012 )

Maka mengawali khutbah Ied dikembalikan kepada cara yang sudah dikenal dalam khutbah lainnya yaitu diawali dengan hamdalah
Hadits shahih riwayat Abu Dawud no 2120
Ahmad 1/392


13. Khutbah Ied dilakukan hanya sekali.
( Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabul Iedain bab 6 no 956

Tentang khutbah Ied yang dilakukan dengan 2 kali yang diselingi dengan duduk ( seperti khutbah Jum’ah )haditsnya tidak shahih
Hadits riwayat Ibnu Majah Kitabu Iqamatish Shalah bab 158 no 1289
Di dalam sanadnya ada rawi dha’if bernama Isma’il bin Muslim dan Abu Bahr
Syaikh Al Albani menilainya sebagai hadits yang munkar ( dha’if )

 
14. Setelah khutbah dilakukan , maka rangkaian shalat Ied sudah selesai.

15. Setelah itu tidak ada lagi takbiran.
Hadits riwayat Ibnu Abi Syaibah Kitabush Shalawat bab 412 no 5621
Hadits ini sanadnya shahih tetapi mursal karena Az Zuhri bukan shahabat . Beliau adalah seorang tabi’in.


16. Ucapan selamat antara sesama Muslim adalah : Taqabbalallahu minnaa wa minka. Kalau orangnya banyak , boleh juga memakai bentuk jama’ : Taqabbalallahu minnaa wa minkum
Al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqalani berkata :
Dan kami telah meriwayatkan di dalam kitab Al Muhamiliyyaat dengan sanad yang hasan, bersumber dari Jubair bin Nufair,  dia berkata : Para shahabat Rasulullah saw apabila bertemu di Hari Raya, sebagian akan mengatakan kepada yang lain :

TAQABBALALLAAHU MINNAA WA MINKA (semoga Allah menerima amalan kami dan amalanmu)
( Dikutip dari : Kitab Fathul Baari jilid 3 halaman 567 Kitabul Iedain bab 3 no 952 )
2. SHALAT IEDUL FITHRI DAN IEDUL ADH-HA ( TATACARA )

1. Mendahulukan shalat, setelah itu baru dilakukan khutbah

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ شَهِدْتُ الْعِيدَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - وَأَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ - رضى الله عنهم - فَكُلُّهُمْ كَانُوا يُصَلُّونَ قَبْلَ الْخُطْبَةِ

Bersumber dari Ibnu Abbas r.a , dia berkata : Aku hadir melakukan shalat Ied bersama dengan Rasulullah saw , dan dengan Abu Bakar r.a, Umar r.a , Utsman r.a. Mereka semuanya melakukan shalat Ied sebelum khutbah

Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabul Iedain bab 8 no 962
Muslim Kitabul Iedain bab 1 no 884


2. Shalat Iedul Fithri atau Iedul Adh-ha dilakukan dengan 2 raka’at

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ النَّبِىَّ - صلى الله عليه وسلم - خَرَجَ يَوْمَ الْفِطْرِ ، فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ لَمْ يُصَلِّ قَبْلَهَا وَلاَ بَعْدَهَا

Bersumber dari Ibnu Abbas r.a, sesungguhnya Nabi saw keluar ke tempat shalat Iedul Fithri, lalu shalat 2 raka’at. Beliau saw tidak shalat apapun sebelum dan sesudahnya
Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabul Iedain bab 26 no 989

عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي لَيْلَى قَالَ قَالَ عُمَرُ: صَلَاةُ الْجُمُعَةِ رَكْعَتَانِ وَصَلَاةُ الْفِطْرِ رَكْعَتَانِ وَصَلَاةُ الْأَضْحَى رَكْعَتَانِ وَصَلَاةُ السَّفَرِ رَكْعَتَانِ تَمَامٌ غَيْرُ قَصْرٍ عَلَى لِسَانِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قال الشيخ الألباني : صحيح
تعليق شعيب الأرنؤوط : صحيح رجاله ثقات رجال الشيخين

Bersumber dari Abdurrahman bin Abi Laila , dia berkata : Umar r.a berkata :
Shalat Jum’ah adalah 2 raka’at , Shalat Iedul Fithri adalah 2 raka’at, Shalat Iedul Adh-ha adalah 2 raka’at , Shalat dalam perjalanan adalah 2 raka’at.
Sempurna ! Tidak kurang ! Berdasarkan lisan Muhammad saw

Hadits shahih riwayat Nasai Kitabul Jum’ah bab 37 no 1420
Ahmad 1/ 37 no 259


3. Raka’at pertama dilakukan dengan 7 takbir termasuk takbiratul ihram
Raka’at kedua dilakukan dengan 5 takbir tidak termasuk takbir ruku’


عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ يُكَبِّرُ فِى الْفِطْرِ وَالأَضْحَى فِى الأُولَى سَبْعَ تَكْبِيرَاتٍ وَفِى الثَّانِيَةِ خَمْسًا
قال الشيخ الألباني : صحيح
تعليق شعيب الأرنؤوط : حسن لغيره وهذا إسناد ضعيف لضعف ابن لهيعة

Bersumber dari Aisyah r.a , sesungguhnya Rasulullah saw biasa bertakbir pada Hari Raya Fitri dan Adh-ha , pada raka’at pertama 7 takbir dan pada raka’at ke 2 adalah 5 takbir
Hadits riwayat Abu Dawud Ktabu bab 253 no 1151 ( ini adalah lafadznya )
Ibnu Majah Kitabu Iqamatish Salah bab 156 no 1280
Ahmad 6/70 no 23888
Dinilai sebagai hadits shahih oleh Syaikh Al Albani


عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- كَبَّرَ فِى عِيدٍ ثِنْتَىْ عَشْرَةَ تَكْبِيرَةً سَبْعاً فِى الأُولَى وَخَمْساً فِى الآخِرَةِ وَلَمْ يُصِلِّ قَبْلَهَا وَلاَ بَعْدَهَا
تعليق شعيب الأرنؤوط : إسناده حسن
قال الشيخ الألباني : صحيح لغيره

Bersumber dari Amru bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya , bahwasanya Nabi saw  bertakbir pada hari Raya dengan 12 takbir, yaitu 7 takbirpada raka’at pertama dan 5 takbir pada raka’at kedua.
Dan beliau saw tidak melakukan shalat sebelum dan sesudahnya

Hadits riwayat Ahmad 2/180 no 6649
Ibnu Majah Kitabu Iqamatish Shalah bab 156 no 1579


Penjelasan :
Dalam hadits hadits yang disandarkan kepada Rasulullah saw hanya disebutkan bahwa pada raka’at pertama Nabi saw bertaktir 7 kali dan pada raka’at ke 2 bertakbir 5 kali.
Tidak disebutkan apakah takbir tersebut termasuk takbiratul ihram atau takbir ruku’ atau lainnya?

Tetapi shahabat Ibnu Abbas r.a melakukan shalat Ied dengan 7 kali takbir pada raka’at pertama sudah termasuk takbiratul Ihram dan pada raka’at kedua dengan 6 kali takbir termasuk takbir ruku’.

عَنْ عَطَاءٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاس أَنَّهُ كَانَ يُكَبِّرُ فِي الْعِيدِ فِي الْأُولَى سَبْعَ تَكْبِيرَاتٍ بِتَكْبِيرَةِ الاِفْتِتَاحِ و فِي الْآخِرَةِ سِتًّا بِتَكْبِيرَةِ الرَّكْعَةِ كُلُّهُنَّ قَبْلَ الْقِرَاءَةِ
قال الشيخ الألباني : هذا سند صحيح على شرط الشيخين

Bersumber dari ‘Atha’ dari Ibnu Abbas r.a, bahwasanya Ibnu Abbas r.a bertakbir pada shalat Ied pada raka’at pertama dengan 7 takbir termasuk takbir pembuka ( takbiratul ihram ), dan pada raka’at akhir dengan 6 takbir termasuk takbir ruku’. Semua takbir tersebut dilakukan sebelum melakukan bacaan
Riwayat Ibnu Abi Syaibah Kitabush Shalawaat bab 419 no 5704
Sanadnya dinilai shahih oleh Syaikh Al Albani ( Irwaaul Ghalil no 639 )

Penjelasan :
Dari perbuatan Ibnu Abbas r.a ini dapat difahami bahwa :

- Pada raka’at pertama : jumlah takbir adalah 7 kali sudah termasuk takbiratul ihram.
Prakteknya : hendaknya kita bertakbir ( takbiratul Ihram ) , kemudian ditambah dengan 6 takbir lagi

- Pada raka’at kedua : jumlah takbirnya adalah 5 kali.
Prakteknya : hendaknya kita bangun dari sujud dengan bertakbir. Kemudian bertakbir lagi 5 kali.
Kemudian bertakbir untuk ruku’. Dst

-    Disukai mengangkat kedua tangan pada setiap takbir

Didapati riwayat yang dha’if bahwa shahabat Umar r.a senantiasa mengangkat tangan dalam takbir shalat Ied dan shalat janazah

عَنْ بَكْرِ بْنِ سُوَادَةَ : أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُ كَانَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ مَعَ كُلِّ تَكْبِيرَةٍ فِى الْجَنَازَةِ وَالْعِيدَيْنِ
وَهَذَا مُنْقَطِعٌ
قال الشيخ الألباني : وابن لهيعة ضعيف

Bersumber dari Bakri bin Suwaadah , bahwasanya Umar bin Al Khaththab r.a mengangkat kedua tangannya bersamaan dengan tiap tiap takbir dalam shalat janazah dan shalat 2 Hari Raya
Riwayat Al Baihaqi dalan As Sunanul Kubra Kitabu Shalatil Iedain bab 42 no 5984
Imam Al Baihaqi berkata : Sanadnya terputus
Syaikh Al Albani berkata : Ibnu Lahii’ah rawi yang dha’if

Didapati riwayat lain :

عَنْ نَافِعٍ عَنِ ا بْنِ عُمَرَ اَنَّهُ كَانَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ مَعَ كُلِّ تَكْبِيْرَةٍ عَلَى الْجَنَازَةِ

Bersumber dari Nafi’ dari Ibnu Umar r.a , bahwasanya Ibnu Umar r.a biasa mengangkat kedua tangannya setiap kali bertakbir pada shalat janazah
Riwayat Ibnu Abi Syaibah Kitabul Janaaiz bab 87 no 11388

Dalam shalat janazah , tidak didapati hadits yang menunjukkan apakah Nabi saw mengangkat tangan pada sa’at takbir atau tidak . Tetapi Ibnu Umar r.a yang dikenal sebagai shahabat yang sangat mencontoh sunnah Nabi saw, ternyata mengangkat tangannya ketika takbir, Dengan keyaqinan bahwa Ibnu Umar r.a tidak akan melakukan hal tersebut kecuali mengikut sunnah Nabi saw , maka mengangkat tangan ketika takbir pada shalat janazah adalah disunnahkan,Hal demikian juga disukai pada shalat Ied.

Selain berdasar kepada riwayat riwayat itu , juga didasarkan kepada kenyataan bahwa tidak didapati dalil yang tegas tentang apakah Nabi saw mengangkat tangan atau tidak pada takbir shalat Ied, Karena tidak didapati dalil yang tegas dan shahih tentang bagaimana kedudukan tangan ketika bertakbir dalam shalat Ied, maka kedudukan tangan ketika bertakbir dalam shalat Ied menjadi tidak berdalil.

Karena itulah kedudukan ini dikembalikan kepada cara yang sudah dikenal, yaitu sikap tangan ketika bertakbir pada shalat ( fardhu ) ketika dalam keadaan berdiri , yaitu dengan mengangkat kedua tangan:

عَنْ عُمَيْرِ بْنِ حَبِيبٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَرْفَعُ يَدَيْهِ مَعَ كُلِّ تَكْبِيرَةٍ فِى الصَّلاَةِ الْمَكْتُوبَةِ
قال الشيخ الألباني : صحيح
تعليق شعيب الأرنؤوط : إسناده صحيح

Bersumber dari ‘Umair bin Habiib r.a, dia berkata : Bahwasanya Rasulullah saw mengangkat kedua tangannya bersama tiap tiap takbir dalam shalat fardhu
Hadits shahih riwayat Ibnu Majah Kitabu Iqaamatish Shalah bab 15 no 861
Ahmad  4/316 no 18369 ( bersumber dari Wail bin Hujr r.a )


Wallahu A’lam

4.Tidak ada bacaan tertentu antara 2 takbir, tetapi shahabat Ibnu Mas’ud r.a mengatakan bahwa antara 2 takbir dipanjatkan pujian kepada Allah dan pengagungan kepadaNya

قَالَ عُقْبَةُ بْنُ عَامِرٍ: " سَأَلْتُ ابْنَ مَسْعُودٍ عَمَّا يَقُولُهُ بَعْدَ تَكْبِيرَاتٍ الْعِيدِ قَالَ " يَحْمَدُ اللَّهَ وَيُثْنِى عَلَيْهِ وَيُصَلِّى عَلَى النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم
رواه الأثرم وحرب واحتج به أحمد- صحيح . وأخرجه الطبراني في " المعجم الكبير

‘Uqbah bin ‘Aamir berkata : Aku bertanya kepada Ibnu Mas’ud r.a tentang apa yang dibaca setelah takbir takbir dalam shalat Ied. Dia menjawab : memanjatkan pujian kepada Allah, memberikan sanjungan kepadaNya, bershalawat atas Nabi saw
Riwayat Al Atsram
Juga diriwayatkan oleh imam Thabrani dalam Mu’jam Al Kabir
Dinilai shahih oleh Syaikh Al Albani
( Dikutip dari : Irwaaul Ghaliil no 642 )


5. Do’a iftitah dibaca setelah takbir ke 7 sebelum membaca Al Fatihah, tetapi ada juga yang berpendapat bahwa do’a iftitah dibaca setelah takbiratul ihram, sebelum takbir yang lainnya

عن ابي هُرَيْرَةَ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - يَسْكُتُ بَيْنَ التَّكْبِيرِ وَبَيْنَ الْقِرَاءَةِ إِسْكَاتَةً - فَقُلْتُ بِأَبِى وَأُمِّى يَا رَسُولَ اللَّهِ ، إِسْكَاتُكَ بَيْنَ التَّكْبِيرِ وَالْقِرَاءَةِ مَا تَقُولُ قَالَ « أَقُولُ اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِى وَبَيْنَ خَطَايَاىَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ ، اللَّهُمَّ نَقِّنِى مِنَ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ ، اللَّهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَاىَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ

Bersumber dari Abu Hurairah r.a , dia berkata : Bahwasanya Rasulullah saw diam sejenak antara takbir dan bacaan. Maka aku berkata : Dengan bapak dan ibuku ( sebagai tebusannya ), wahai Rasulullah, engkau diam antara takbir dan bacaan, apakah yang engkau baca ?
Rasulullah saw menjawab : Aku membaca :
Ya Allah, jauhkanlah aku dengan kesalahan kesalahanku sebagaimana Engkau jauhkan antara timur dan barat.
Ya Allah, bersihkanlah diriku dari kesalahan kesalahan sebagaimana pakaian putih dibersihkan dari noda
Ya Allah, cucilah kesalahan kesalahanku dengan air, salju dan embun

Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabul Aadzan bab 89 no 744
Yang berpendapat bahwa do’a iftitah dibaca setelah takbiratul ihram, karena didapati hadits yang menyatakan bahwa setelah selesai dari 7 takbir langsung membaca bacaan ( al Qur’an )  :

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ قَالَ قَالَ نَبِىُّ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « التَّكْبِيرُ فِى الْفِطْرِ سَبْعٌ فِى الأُولَى وَخَمْسٌ فِى الآخِرَةِ وَالْقِرَاءَةُ بَعْدَهُمَا كِلْتَيْهِمَا
قال الشيخ الألباني : حسن

Bersumber dari Abdullah bin ‘Amru bin Al ‘Ash, dia berkata : Nabi saw bersabda :
Takbir pada Hari Raya Fithri adalah 7 kali pada raka’at pertama dan 5 kali pada raka’at kedua, serta membaca bacaan setelah dua macam takbir tersebut

Hadits riwayat Abu Dawud Kitabush Shalah bab 253 no 1151
Tirmidzi Kitabush Shalah bab 273 no 536
Ibnu Majah Kitabu Iqaamatish Shalaah bab 156 no 1279

Dinilai sebagai hadits hasan oleh Syaikh Al Albani

Penjelasan :
- Yang berpendapat bahwa do’a iftitah dibaca setelah takbir pertama ( sebelum takbir lainnya ) adalah imam Syafi’i dan diriwayatkan dari bahwa imam Ahmad juga berpendapat seperti itu.

Alasan yang sefaham dengan pendapat ini adalah adanya sabda  Nabi saw , bahwa bacaan Al Fatihah itu adalah setelah takbir. Dalam hadits ini tidak disebutkan adanya bacaan iftitah , sedangkan bacaan iftitah harus dibaca. Maka tempat bacaan iftitah dikembalikan kepada amalan shalat fardhu , yaitu dilakukan setelah takbiratul ihram.
Maka prakteknya : Takbiratul ihram , kemudian membaca do’a iftitah , kemudian membaca Ta’awudz , lalu bacaan Al Fatihah.

- Yang berpendapat bahwa do’a iftitah dibaca setelah menyelesaikan 7 takbir adalah imam Ahmad (dalam sebagian riwayat) , dan Al Khallal , imam Al Auza’i

Alasan yang sefaham dengan pendapat ini adalah : Tidak adanya hadits yang secara tegas menyebutkan tentang tempat bacaan iftitah dalam shalat Ied. Maka bacaan iftitah dalam shalat Ied dikembalikan kepada cara yang sudah dikenal yaitu shalat fardhu. Dalam shalat fardhu , bacaan iftitah dibaca antara takbir dan surah Al Fatihah.

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا كَبَّرَ فِى الصَّلاَةِ سَكَتَ هُنَيَّةً قَبْلَ أَنْ يَقْرَأَ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ بِأَبِى أَنْتَ وَأُمِّى أَرَأَيْتَ سُكُوتَكَ بَيْنَ التَّكْبِيرِ وَالْقِرَاءَةِ مَا تَقُولُ قَالَ أَقُولُ :
اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِى وَبَيْنَ خَطَايَاىَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ اللَّهُمَّ نَقِّنِى مِنْ خَطَايَاىَ كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ اللَّهُمَّ اغْسِلْنِى مِنْ خَطَايَاىَ بِالثَّلْجِ وَالْمَاءِ وَالْبَرَدِ

Bersumber dari Abu Hurairah r.a, dia berkata : Biasanya Rasulullah saw apabila mengucapkan takbir di dalam shalat ( takbiratul ihram ), beliau saw diam sejenak sebelum membaca ( Al Fatihah ). Maka aku berkata : Dengan bapak dan ibuku (sebagai tebusannya) , wahai Rasulullah, engkau diam antara takbir dan bacaan ( Al Fatihah ). Apa yang engkau baca ?
Nabi saw bersabda : Aku membaca :
Allahumma baa’id bainii wa baina khathaa yaaya ( dst )

Hadits shahih riwayat Bukhari Kitabul Adzan bab no 743
Muslim Kitabul Masaajid bab no 598 ( ini adalah lafadznya )


Dalam redaksi lain , Nabi saw menyatakan bahwa bacaan ifitah adalah sebelum bacaan Al Qur’an :

عَنْ رِفَاعَةَ بْنِ رَافِعٍ قَالَ َقَالَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- « إِنَّهُ لاَ تَتِمُّ صَلاَةٌ لأَحَدٍ مِنَ النَّاسِ حَتَّى يَتَوَضَّأَ فَيَضَعَ الْوُضُوءَ ». يَعْنِى مَوَاضِعَهُ « ثُمَّ يُكَبِّرُ وَيَحْمَدُ اللَّهَ جَلَّ وَعَزَّ وَيُثْنِى عَلَيْهِ وَيَقْرَأُ بِمَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْآنِ
قال الشيخ الألباني : صحيح
قال حسين سليم أسد : إسناده صحيح

Bersumber dari Rifaa’ah bin Raafi’r.a , dia berkata : Nabi saw bersabda :
Sesungguhnya tidak sempurna shalatnya seseorang sehingga dia berwudhu’ sesuai pada tempatnya ( secara sempurna ) , kemudian dia bertakbir dan memuji Tuhannya Yang Maha Agung dan menyanjung Nya, dan membaca Al Qur’an yang mudah baginya

Hadits shahih riwayat Abu Dawud Kitabush Shalah bab 144 no 857 (ini lafadznya)
Ad Darimi Kitabush Shalah bab 78 no 1329

Penjelasan :
Dalam hadits ini disebutkan urutannya  : Takbir , kemudian iftitah , kemudian membaca Al Qur’an

Maka dalam shalat Ied , prakteknya : Takbir 7 kali , lalu baca iftitah , lalu ta’awudz ‘ lalu Al Fatihah

Tentang sabda Nabi saw : “Dan bacaan Al Fatihah dibaca setelah takbir “ tidaklah menunjukkan bahwa bacaan setelah 7 takbir tidak ada iftitah , melainkan untuk menjelaskan yang dhahir saja.
Cara seperti ini pernah juga disampaikan oleh Nabi saw di dalam sabdanya :

إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلاَةِ فَأَسْبِغِ الْوُضُوءَ ، ثُمَّ اسْتَقْبِلِ الْقِبْلَةَ فَكَبِّرْ ، وَاقْرَأْ بِمَا تَيَسَّرَ مَعَكَ مِنَ الْقُرْآنِ

Bersumber dari Abu Hurairah r.a , Nabi saw bersabda :
“Apabila engkau hendak mengerjakan shalat, maka sempurnakanlah wudhu, kemudian menghadaplah ke arah Qiblat lalu bertakbirlah dan bacalah apa yang mudah bagimu dari Al Qur’an”
Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabul Aiman bab 15 no 6667 ( ini adalah lafadznya )
Muslim Kitabush Shalat bab 11 no 397


Dalam hadits ini , Nabi saw tidak menyebut iftitah , tetapi setelah takbir langsung membaca Al Qur’an, Sekalipun demikian , tetap saja hadits ini difahami bahwa setelah takbir hendaknya membaca iftitah terlebih dahulu , baru kemudian membaca Al Qur’an..

Maka : Bacaan iftitah adalah dilakukan setelah takbir dan sebelum bacaan
Sehingga dalam pelaksanaan shalat Ied, bacaan iftitah adalah setelah 7 takbir , bukan setelah takbir pertama

Wallahu A’lam

6. Setelah membaca Al Fatihah, hendaknya membaca surah Al A’laa pada raka’at pertama dan membaca surah Al Ghaasyiyah pada raka’at kedua.

عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقْرَأُ فِى الْعِيدَيْنِ وَفِى الْجُمُعَةِ بِ (سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الأَعْلَى) وَ (هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ الْغَاشِيَةِ) قَالَ وَإِذَا اجْتَمَعَ الْعِيدُ وَالْجُمُعَةُ فِى يَوْمٍ وَاحِدٍ يَقْرَأُ بِهِمَا أَيْضًا فِى الصَّلاَتَيْنِ

Bersumber dari An Nu’man bin Basyir r.a , dia berkata : Bahwasanya Rasulullah saw membaca di dalam shalat 2 Hari Raya dan dalam shalat Jum’ah : Sabbihisma Rabbikal A’laa dan Hal Ataaka Hadiitsul Ghaasyiyah. Jika Hari Raya bertepatan dengan hari Jum’ah, beliau saw juga membaca 2 surah tersebut di dalam 2 shalatnya ( shalat Ied dan shalat Jum’ah )
Hadits shahih riwayat Muslim Kitabul Jum’ah bab 16 no 878
7. Atau membaca surah Qaaf pada raka’at pertama dan pada raka’at kedua membaca surah Al Qamar.

عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ سَأَلَ أَبَا وَاقِدٍ اللَّيْثِىَّ مَا كَانَ يَقْرَأُ بِهِ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فِى الأَضْحَى وَالْفِطْرِ فَقَالَ كَانَ يَقْرَأُ فِيهِمَا بِ (ق وَالْقُرْآنِ الْمَجِيدِ) وَ (اقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَانْشَقَّ الْقَمَرُ

Bersumber dari ‘Ubaidilla  bin Abdillah, sesungguhnya ‘Umar bin Khaththab r.a bertanya kepada Abu Waaqid Al Laitsii : Apa yang dibaca oleh Rasulullah saw di dalam shalat Iedul Adh-ha dan shalat Iedul Fithri ?
Dia menjawab : di dalam shalat 2 Hari Raya tersebut Rasulullah saw membaca Qaaf Wal Qur’aanil Majiid dan  Iqtarabatis Saa’ah Wansyaqqal Qamar

Hadits shahih riwayat Muslim Kitabul Iedain bab 3 no 891

Penjelasan :
Bacaan surah setelah Al Fatihah pada shalat Ied , boleh surah apa saja . Didasarkan kepada keumuman sabda Nabi saw : “Kemudian bacalah yang mudah bagimu daripada Al Qur’an”.
(Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabul Aiman bab 15 no 6667, Muslim Kitabush Shalat bab 11 no 397).
Tetapi yang paling utama adalah membaca surah Al A’laa + Al Ghaasyiyah atau surah Qaaf + Al Qamar sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi saw.

8. Tatacara shalat Ied adalah sama dengan shalat 2 raka’at yang lainnya, yang berbeda hanyalah jumlah takbir pada awal raka’at,Karena tidak didapati dalil yang menerangkan tatacara shalat Ied secara khusus, maka cara shalat Ied dikembalikan kepada cara shalat 2 raka’at yang sudah ada , yaitu shalat shubuh.
Penjelasan :
Maksudnya : Cara ruku’, I’tidal , sujud , duduk antara 2 sujud , bangun dari sujud , tahiyyat , dan salam , adalah dilakukan dengan cara yang sudah kita kenal pada shalat yang 2 raka’at lainnya yaitu shalat shubuh.

9. Setelah shalat, dilakukan khutbah. Makmum dianjurkan mendengarkan khutbah, tetapi tidak mengapa jika langsung pulang setelah shalat tanpa ikut mendengar khutbah.

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ السَّائِبِ قَالَ شَهِدْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- الْعِيدَ فَلَمَّا قَضَى الصَّلاَةَ قَالَ « إِنَّا نَخْطُبُ فَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يَجْلِسَ لِلْخُطْبَةِ فَلْيَجْلِسْ وَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يَذْهَبَ فَلْيَذْهَبْ
قال الشيخ الألباني : صحيح

Bersumber dari Abdullah bin Assaa-ib r.a , dia berkata : Aku hadir melakukan shalat Ied bersama dengan Rasulullah saw. Maka ketika selesai shalat, beliau saw bersabda : Sesungguhnya aku akan berkhutbah, maka barangsiapa yang mau duduk mendengarkan khutbah , hendaknya dia duduk mendengarkan.
Dan barangsiapa yang ingin pergi, maka dia boleh pergi ( tidak mendengarkan khutbah )

Hadits shahih riwayatAbu Dawud Kitabush Shalah bab 247 no 1155
Dinilai shahih oleh Syaikh Al Albani dalam Irwaaul Ghaliil no 629


Penjelasan :
•    Shalat Ied tidak sama dengan  shalat Jum’ah. Khutbah dalam shalat Ied dilakukan setelah shalat , berbeda dengan jum’ah yang dilakukan khutbah dulu baru dikerjakan shalat.
•    Tidak ada kewajiban bagi makmum untuk mendengarkan khutbah Ied, berbeda dengan jum’ah , yang mewajibkan makmumnya untuk mendengarkan khutbah.
•    Khutbah Ied dilakukan tanpa mimbar, berbeda dengan jum’ah yang pakai mimbar
•    Khutbah Ied tidak dilakukan 2 kali ( menurut satu pendapat ) , berbeda dengan khutbah jum’ah yang disepakati harus dengan 2 kali khutbah yang diselingi dengan duduk.

Cabang permasalahan :

1. Apakah khutbah Ied dilakukan 2 kali seperti khutbah Jum’ah , atau dilakukan hanya sekali ?
A) Yang berpendapat bahwa khutbah Ied dilakukan dengan 2 kali seperti khutbah Jum’ah, yang diselingi dengan duduk

عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُتْبَةَ قَالَ : السُّنَّةُ أَنْ يَخْطُبَ الإِمَامُ فِى الْعِيدَيْنِ خُطْبَتَيْنِ يَفْصِلُ بَيْنَهُمَا بِجُلُوسٍ

Bersumber dari ‘Ubaidillah bin Abdullah bin ‘Utbah, dia berkata : Menurut sunnah, hendaknya imam melakukan 2 kali khutbah dalam shalat 2 Hari Raya, yang dipisahkannya dengan duduk
Hadits riwayat Al Baihaqi dalam As Sunanul Kubra Kitabu Shalatil Iedain bab 23 no 6008
Imam Nawawi berkata : Hadits Ubaidillah diriwayatkan imam Syafi’I di dalam kitab Al Umm dengan sanad yang dhaif.
Ubaidillah adalah seorang dari tabi’in (yang tidak pernah berjumpa dengan Nabi saw)

( Al Majmu’ syarah Al Muhadzdzab jilid 5 halaman 21 )


عَنْ جَابِرٍ قَالَ خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَوْمَ فِطْرٍ أَوْ أَضْحًى فَخَطَبَ قَائِمًا ثُمَّ قَعَدَ قَعْدَةً ثُمَّ قَامَ
قال الشيخ الألباني : منكر

Bersumber dari Jabir r.a , dia berkata : Rasulullah saw keluar untuk shalat pada hari Raya Fithri atau Adh-ha
Lalu beliau saw berkhutbah dengan berdiri, kemudian duduk, kemudian berdiri lagi

Hadits riwayat Ibnu Majah Kitabu Iqamatish Shalah bab 158 no 1289
Di dalam sanadnya ada rawi dha’if bernama Isma’il bin Muslim dan Abu Bahr
Syaikh Al Albani menilainya sebagai hadits yang munkar ( dha’if )

B)  Yang berpendapat bahwa khutbah Ied dilakukan dengan sekali saja , dengan sekali berdiri tanpa duduk

عَنْ أَبِى سَعِيدٍ الْخُدْرِىِّ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - يَخْرُجُ يَوْمَ الْفِطْرِ وَالأَضْحَى إِلَى الْمُصَلَّى ، فَأَوَّلُ شَىْءٍ يَبْدَأُ بِهِ الصَّلاَةُ ثُمَّ يَنْصَرِفُ ، فَيَقُومُ مُقَابِلَ النَّاسِ ، وَالنَّاسُ جُلُوسٌ عَلَى صُفُوفِهِمْ ، فَيَعِظُهُمْ وَيُوصِيهِمْ وَيَأْمُرُهُمْ ، فَإِنْ كَانَ يُرِيدُ أَنْ يَقْطَعَ بَعْثًا قَطَعَهُ ، أَوْ يَأْمُرَ بِشَىْءٍ أَمَرَ بِهِ ، ثُمَّ يَنْصَرِفُ

Bersumber dari Abu Sa’id Al Khudri r.a , dia berkata : Bahwasanya Rasulullah saw keluar pada Hari Raya Fithri dan Hari Raya Adh-ha ke mushalla ( = tanah lapang tempat melaksanakan shalat Ied ), dan yang pertama kali dilakukannya adalah shalat kemudian beliau saw berpaling, berdiri menghadap kepada orang orang sedangkan mereka tetap duduk dalam barisannya. Lalu Nabi saw menasihati dan berwashiyat serta memerintahkan kepada mereka. Dan apabila Nabi saw hendak mengirim pasukan atau menyuruh sesuatu maka beliau saw langsung melakukannya. Kemudian Nabi saw berpaling ( pergi )
Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabul Iedain bab 6 no 956
 
Dalam lanjutan hadits riwayat Al Bukhari tersebut didapati bahwa Nabi saw berkhutbah pada hari Raya tidak pakai mimbar. Yang pertama melakukan khutbah Ied di atas mimbar adalah Marwan.
Yang membuatkan mimbar tersebut adalah Katsir bin Shalt ( seorang dari Tabi’in ), yang tinggal di dekat mushalla ( tanah lapang yang biasa dipakai Rasulullah saw untuk shalat Ied )

Mimbar tersebut terbuat dari tanah.

( Lihat :  Fathul Baari jilid 3 halaman 571 Kitabul Iedain bab 6 no 956 )

Riwayat tersebut adalah :

قَالَ أَبُو سَعِيدٍ فَلَمْ يَزَلِ النَّاسُ عَلَى ذَلِكَ حَتَّى خَرَجْتُ مَعَ مَرْوَانَ وَهْوَ أَمِيرُ الْمَدِينَةِ فِى أَضْحًى أَوْ فِطْرٍ ، فَلَمَّا أَتَيْنَا الْمُصَلَّى إِذَا مِنْبَرٌ بَنَاهُ كَثِيرُ بْنُ الصَّلْتِ

Abu Sa’id Al Khudri r.a berkata : Manusia masih melakukan seperti itu ( seperti pada zaman Nabi saw ).
Sampai pada suatu ketika aku keluar pada hari raya Adh-ha atau Fitri bersama Marwan , dia adalah Amir (Gubernur) Madinah. Ketika kami sampai di mushalla ( tanah lapang ), ternyata ada sebuah mimbar yang dibangun oleh Katsir bin Ash Shalt

Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabul Iedain bab 6 no 956

Imam Al Hafidz Ibnu Hajar Al ‘Asqalaani berkata :
Riwayat ini menunjukkan bahwa pada masa Rasulullah saw tidak ada mimbar di mushalla ( tempat shalat Ied). Dari sini disimpulkan bahwa yang pertama kali memakai mimbar adalah Marwan.
( Fathul Baari jilid 3 halaman 571 Kitabul Iedain bab 6 no 956 )
Di dalam hadits di atas didapati urutan kegiatan Nabi saw pada shalat Hari Raya :

1.    Shalat
2.    Berdiri menghadap jama’ah untuk mentampaikan khutbah
3.    Pergi meninggalkan tempat itu.

2.  Mengawali khutbah dengan membaca takbir atau membaca hamdalah ?
Dalam hal ini umat Islam berbeda pendapat : Ada yang memulai khutbah dengan membaca takbir , dan ada yang mengawali khutbah dengan membaca hamdalah seperti khutbah Jum’ah.
A)  Yang mengawali khutbah Ied dengan membaca takbir

عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُتْبَةَ قَالَ : السُّنَّةُ فِى تَكْبِيرِ يَوْمِ الأَضْحَى وَالْفِطْرِ عَلَى الْمِنْبَرِ قَبْلَ الْخُطْبَةِ أَنْ يَبْتَدِئَ الإِمَامُ قَبْلَ الْخُطْبَةِ وَهُوَ قَائِمٌ عَلَى الْمِنْبَرِ بِتِسْعِ تَكْبِيرَاتٍ تَتْرَى لاَ يَفْصِلُ بَيْنَهَا بِكَلاَمٍ ، ثُمَّ يَخْطُبُ ، ثُمَّ يَجْلِسُ جَلْسَةً ثُمَّ يَقُومُ فِى الْخُطْبَةِ الثَّانِيَةِ فَيَفْتَتِحُهَا بِسَبْعِ تَكْبِيرَاتٍ تَتْرَى لاَ يَفْصِلُ بَيْنَهَا بِكَلاَمٍ ثُمَّ يَخْطُبُ

Bersumber dari ‘Ubaidillah bin Abdillah bin ‘Utbah , dia berkata : Menurut Sunnah , membaca takbir pada Hari Raya Adh-ha dan Hari Raya Fithri di atas mimbar adalah sebelum khutbah.
Hendaknya imam memulai khutbahnya dengan berdiri di atas mimbar membaca 9 takbir dengan berturut turut yang tidak diselingi dengan pembicaraan, kemudian dia berkhutbah. Kemudian dia duduk 1 kali , kemudian berdiri lagi pada khutbah yang ke 2, lalu dia memulainya dengan membaca 7 takbir  dengan berturut turut yang tidak diselingi dengan pembicaraan, kemudian dia berkhutbah

Riwayat Al Baihaqi dalam As Sunanul Kubra Kitabu Shalatil Iedain bab 24 no 6012
Ubaidillah adalah seorang dari tabi’in yang tidak pernah menerima hadits dari Nabi saw. Maka riwayat tersebut adalah mursal ( dha’if )


B)  Yang mengawali khutbah Ied dengan membaca hamdalah   

Menurut imam Ibnul Qayyim, semua khutbah adalah dimulai dengan hamdalah ( puji pujian kepada Allah ).

Karena tidak ada hadits shahih yang membedakan khutbah Ied dengan yang lainnya, maka awal dari khutbah Ied dikembalikan kepada asalnya yaitu dengan membaca hamdalah

( Kitab Shalatul Mukmin jilid 2 halaman 876 )
Lihat juga : Kitab Shahih Fiqih Sunnah jilid 1halaman 608


Oleh: Ustadz Mubarak Abdul Rahim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TENTANG HIJRAH MENANTI