Rabu, 03 Agustus 2016

JABAT TANGAN (SALAMAN) ( BAGIAN 1)



Pertanyaan : 
Assalamualaikum.
Masak iya sih bersalamanpun dilarang ?
Kan ini hari lebaran pak ?
Yang penting kita tidak punya perasaan apa apa...
Lagipula ustadz di sini selalu bersalaman dengan ibu yang hadir kok.

Jawab :

Jabat tangan atau salaman tidak dilarang .

Bahkan salaman atau jabat tangan adalah amal shalih yang sangat dipuji dalam Islam.
Didapati banyak hadits shahih yang menyatakan demikian.

(1)
حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ عَاصِمٍ حَدَّثَنَا هَمَّامٌ عَنْ قَتَادَةَ قَالَ قُلْتُ لأَنَسٍ أَكَانَتِ الْمُصَافَحَةُ فِى أَصْحَابِ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ نَعَمْ

Bersumber dari Qatadah dia berkata : Aku bertanya kepada Anas r.a : Apakah berjabat tangan itu ada pada shahabat Nabi saw ?

Anas r.a menjawab : Iya

Riwayat Al Bukhari Kitabul Isti’dzaan bab 27 no 6263
(2)

عَنِ الْبَرَاءِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَا مِنْ مُسْلِمَيْنِ يَلْتَقِيَانِ فَيَتَصَافَحَانِ إِلاَّ غُفِرَ لَهُمَا قَبْلَ أَنْ يَفْتَرِقَا
قال أبو عيسى هذا حديث حسن غريب من حديث أبي إسحاق عن البراء
 وقد روي هذا الحديث عن البراء من غير وجه و الأَجْلَحِ هو ابن عبد الله بن حجية بن عدي الكندي
قال الشيخ الألباني : صحيح
تعليق شعيب الأرنؤوط : صحيح لغيره وهذا إسناد ضعيف

Bersumber dari Al Baraa’  dia berkata : Rasulullah saw bersabda : Tidaklah 2 orang Muslim bertemu kemudian mereka saling berjabat tangan melainkan dosa mereka berdua telah diampuni sebelum mereka berpisah

Hadits shahih riwayat Abu Dawud Kitabul Adab bab 153 no 5212 (ini adalah lafadznya)
Turmudzi Kitabul Isti’dzaan bab 31 no 2727
Ibnu Majah Kitabul Adab bab 15 no 3703
Ahmad 4/289


Imam Nawawi berkata : Berjabat tangan setiap kali bertemu adalah sunnah berdasarkan ijma’ (qaum Muslimin).


Syaikh Al Albani berkata : berjabat tangan juga disyari’atkan ketika berpisah.

(3)

عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ الْيَمَانِ عَنِ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: إِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا لَقِيَ الْمُؤْمِنَ فَسَلَّمَ عَلَيْهِ وَأَخَذَ بِيَدِهِ فَصَافَحَهُ تَنَاثَرَتْ خَطَايَاهُمَا كَمَا يَتَنَاثَرُ وَرَقُ الشَّجَرِ

Bersumber dari Hudzaifah bin Al Yamani r.a dari Nabi saw yang bersabda :
Sesungguhnya seorang mukmin apabila berjumpa dengan mukmin lainnya kemudian dia mengucapkan salam kepadanya dan dia mengambil tangannya lalu menjabat tangannya, maka berguguranlah dosanya sebagaimana daun yang berguguran (dari pohonnya)

Hadits riwayat Ath Thabrani dalam Kitab Mu’jam Al Ausath jilid 1 halaman 85 no 245


Lihat penjelasan Syaikh Al Albani pada kitab :

Kitab Silsilah Al Ahaadiitsa Ash Shahiihah jilid 3 halaman 59 pada hadits no 526
Kitab Silsilah Al Ahaadiitsa Ash Shahiihah jilid 5 halaman 10 pada hadits no 2004
Kitab Silsilah Al Ahaadiitsa Ash Shahiihah jilid 6 halaman 421 pada hadits no 2692



(4)

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ الرَّجُلُ مِنَّا يَلْقَى أَخَاهُ أَوْ صَدِيقَهُ أَيَنْحَنِى لَهُ قَالَ « لاَ ». قَالَ أَفَيَلْتَزِمُهُ وَيُقَبِّلُهُ قَالَ « لاَ ».
قَالَ أَفَيَأْخُذُ بِيَدِهِ وَيُصَافِحُهُ قَالَ « نَعَمْ »
قال أبو عيسى هذا حديث حسن
قال الشيخ الألباني : حسن
تعليق شعيب الأرنؤوط : إسناده ضعيف

Bersumber dari Anas bin Malik r.a dia berkata : Ada seorang laki laki berkata :
Wahai Rasulullah ! Jika seseorang diantara kami bertemu dengan saudaranya atau temannya, apakah dia (harus) membungkuk kepadanya ?
Nabi saw bersabda : Tidak !
Dia berkata lagi : apakah dia (harus) memeluknya dan menciumnya ?
Nabi saw bersabda : Tidak !
Dia berkata lagi :
Apakah dia (harus) mengambil dan menjabat tangannya ?
Nabi saw bersabda : Iya !

Hadits riwayat Tirmidzi Kitabul Isti’dzaan bab 31 no 2728 (ini adalah lafadznya)
Ahmad 3/198


Imam Tirmidzi dan syaikh Al Albani menilainya sebagai hadits hasan.

(5)   

عن قتادة عن أنس قال كان أصحاب النبي : إذا تلاقوا تصافحوا وإذا قدموا من سفر تعانقوا
قال الهيثمي : رواه الطبراني في الأوسط ورجاله رجال الصحيح
قال الشيخ الألباني :  رواه الطبراني في الأوسط ، و رجاله رجال الصحيح كما قال المنذري ( 3 / 270 )
و الهيثمي ( 8 / 36 ) و روى البيهقي ( 7 / 100 ) بسند صحيح عن الشعبي

Bersumber dari Qatadah dari Anar r.a dia berkata : Bahwasanya para shahabat Nabi saw apabila berjumpa satu dengan lainnya , mereka berjabat tangan. Dan apabila tiba dari bepergian maka kereka berpelukan.

Riwayat Ath Thabrani dalam Kitab Mu’jam Al Ausath jilid 1 halaman 41 no 97

Syaikh Al Albani berkata : Atsar ini diriwayatkan oleh imam Ath Thabrani dalam Kitab Al Ausath dan pada perawinya adalah perawi kitab shahih sebagaimana yang dikatakan oleh Al Mundziri dan imam Al Haitsami.
Atsar ini juga diriwayatkan oleh imam Al Baihaqi dengan sanad yang shahih dari Asy Sya’biy.

Dari saya : Riwayat tersebut adalah :

(6)

عَنْ غَالِبٍ التَّمَّارِ قَالَ : كَانَ مُحَمَّدُ بْنُ سِيرِينَ يَكْرَهُ الْمُصَافَحَةَ فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لِلشَّعْبِىِّ فَقَالَ : كَانَ أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا الْتَقَوْا صَافَحُوا فَإِذَا قَدِمُوا مِنْ سَفَرٍ عَانَقَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا

Bersumber dari Ghaalib At Tammaar dia berkata : Muhammad bin Siriin tidak suka berjabat tangan, maka aku memberitahukan hal itu kepada Asy Sya’biy, lalu dia berkata :
Bahwasanya para shahabat Nabi Muhammad saw apabila berjumpa maka mereka saling berjabat tangan. Dan apabila baru tiba dari bepergian maka mereka saling berpelukan antara satu dengan lainnya.     

Riwayat Al Baihaqi dalam Kitab As Sunanul Kubra jilid 10 halaman  282 Kitabun Nikah bab 88 no 13871
Ath Thabrani dalam Kitab Mu’jam Al Ausath jilid 1 halaman 41 no 97

LARANGAN BERSENTUHAN LAKI DAN PEREMPUAN YANG BUKAN SUAMI IASTRI DAN BUKAN MAHRAMNYA
Islam mengharamkan sentuhan antara laki laki dan perempuan. Bentuk sentuhannya diartikan seluas luasnya. Termasuk didalamnya adalah berjabat tangan.

Hukum haram ini dikecualikan dengan mahramnya. Jika seorang wanita berjabat tangan dengan laki laki yang ada hubungan mahram dengannya maka hukumnya tidak haram. 

Demikian juga bersentuhan antara suami istri juga halal hukumnya , karena dihalalkan lewat pernikahan.

Mahram adalah orang yang haram dinikahi buat selama lamanya.
Seorang wanita dibolehkan berduaan dengan mahramnya , boleh membuka kerudungnya , boleh melakukan perjalanan dengannya. Tetapi haram menkah dengan mahram buat selama lamanya.

Mahram jumlahnya ada 13 macam, semuanya disebutkan oleh Allah dalam Al Qur’an.

DAFTAR MAHRAM  (ORANG  YANG DILARANG DINIKAHI SELAMANYA)


1.    Ibu Kandung
2.    Anak perempuan kandung
3.    Saudara perempuan kandung, saudara perempuan seayah, saudara perempuan seibu
4.    Saudara perempuan ayah ( bibi )
5.    Saudara perempuan ibu ( bibi )
6.    Anak perempuan dari saudara laki laki ( keponakan )
7.    Anak perempuan dari saudara perempuan ( keponakan )
8.    Ibu susu
9.    Saudara perempuan sepersusuan
10.  Ibunya istri ( mertua )
11.  Istri ayah ( Ibu tiri )
12.  Anaknya istri ( anak tiri )
13.  Istri dari anak (menantu )



وَلا تَنْكِحُوا مَا نَكَحَ آبَاؤُكُمْ مِنَ النِّسَاءِ إِلا مَا قَدْ سَلَفَ إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَمَقْتًا وَسَاءَ سَبِيلا (22)
حُرِّمَتْ عَلَيْكُمْ أُمَّهَاتُكُمْ وَبَنَاتُكُمْ وَأَخَوَاتُكُمْ وَعَمَّاتُكُمْ وَخَالاتُكُمْ وَبَنَاتُ الأخِ وَبَنَاتُ الأخْتِ وَأُمَّهَاتُكُمُ اللاتِي أَرْضَعْنَكُمْ وَأَخَوَاتُكُمْ مِنَ الرَّضَاعَةِ وَأُمَّهَاتُ نِسَائِكُمْ وَرَبَائِبُكُمُ اللاتِي فِي حُجُورِكُمْ مِنْ نِسَائِكُمُ اللاتِي دَخَلْتُمْ بِهِنَّ فَإِنْ لَمْ تَكُونُوا دَخَلْتُمْ بِهِنَّ فَلا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ وَحَلائِلُ أَبْنَائِكُمُ الَّذِينَ مِنْ أَصْلابِكُمْ وَأَنْ تَجْمَعُوا بَيْنَ الأخْتَيْنِ إِلا مَا قَدْ سَلَفَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ غَفُورًا رَحِيمًا (23)

Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu, terkecuali pada masa yang telah lampau. Sesungguhnya perbuatan itu amat keji dan dibenci Allah dan seburuk-buruk jalan (yang ditempuh).

Diharamkan atas kamu (mengawini):
ibu-ibumu;
anak-anakmu yang perempuan;
saudara-saudaramu yang perempuan,
saudara-saudara bapakmu yang perempuan;
saudara-saudara ibumu yang perempuan;
anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki;
anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan;
ibu-ibumu yang menyusui kamu;
saudara perempuan sepersusuan;
ibu-ibu istrimu (mertua);
anak-anak istrimu yang dalam pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya;
(dan diharamkan bagimu) istri-istri anak kandungmu (menantu);
dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau;
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang

Al Qur’an surah An Nisa’ ayat 22-23 

 Bersambung pada JABAT  TANGAN (SALAMAN) (BAGIAN 2)




 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TENTANG HIJRAH MENANTI